RI Bakal Jadi Raja Baterai Mobil Listrik Dunia

Minggu, 29/11/2020 10:00 WIB
RI Bakal Jadi Raja Baterai Mobil Listrik Dunia -Nikel.co.id

RI Bakal Jadi Raja Baterai Mobil Listrik Dunia -Nikel.co.id

law-justice.co - Indonesia selama ini dikenal sebagai produsen dan eksportir nikel terbesar dunia yang menguasai 27% kebutuhan pasar global. Padahal, nikel merupakan bahan baku utama baterai mobil listrik.

Potensi nikel di dalam negeri, terutama yang dikelola BUMN akan semakin meningkat setelah selesainya transaksi pembelian 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) oleh Holding BUMN Pertambangan Mining Industri Indonesia (MIND ID) atau Inalum.

MIND ID akan memiliki akses strategis untuk mengamankan pasokan bahan baku untuk industri hilir nikel Indonesia, baik menjadi stainless steel, maupun menjadi baterai kendaraan listrik.

Sebelumnya, MIND ID menyebutkan perusahaan melalui PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bakal membentuk Holding PT Indonesia Battery.

Rencana kedepan pembangunan pabrik baterai akan dipimpin oleh Inalum melalui ANTM, bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Ketiga perusahaan ini nantinya menjadi bagian dari perusahaan Holding Indonesia Battery ini.

Saat ini pihaknya tengah menyusun pembentukan perusahaan Holding PT Indonesia Battery tersebut.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut dua produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia saat ini tengah melirik untuk bergabung dalam industri hilirisasi nikel Indonesia. Tak tanggung-tanggung, proyek baterai ini diperkirakan akan bernilai US$ 20 miliar atau setara Rp 296 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$).


"Ini sebuah angin segar. Usaha Indonesia yang memiliki kekayaan tambang berlimpah untuk melakukan hilirisasi industri minerba, langsung mendapat respons bagus dari investor asing. Ini bukti bahwa kebijakan Indonesia sudah tepat."

"Dengan kehadiran investasi luar negeri untuk menunjang program nasional di industri ini, maka saya yakin aspek keberlanjutan akan terus berkembang dan kita semakin kuat dalam daya saing untuk mendukung ketahanan energi bagi Indonesia," demikian dikatakan Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangan pada media.

Dia melanjutkan, Indonesia selama ini dikenal sebagai produsen dan eksportir nikel terbesar dunia yang menguasai 27% kebutuhan pasar global. Padahal, nikel merupakan bahan baku utama baterai mobil listrik.

Oleh karena itu, Kementerian BUMN mengeluarkan kebijakan untuk melakukan inovasi model bisnis dalam industri ini dan meningkatkan nilai rantai pasokan nikel yang berlimpah ini. Tujuannya, yaitu tak lain untuk memanfaatkan keuntungan sekaligus membangun industri baterai lithium di dalam negeri.

Potensi nikel di dalam negeri, terutama yang dikelola BUMN akan semakin meningkat setelah selesainya transaksi pembelian 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) oleh Holding BUMN Pertambangan Mining Industri Indonesia (MIND ID) atau Inalum.

MIND ID akan memiliki akses strategis untuk mengamankan pasokan bahan baku untuk industri hilir nikel Indonesia, baik menjadi stainless steel, maupun menjadi baterai kendaraan listrik.

Sebelumnya, MIND ID menyebutkan perusahaan melalui PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bakal membentuk Holding PT Indonesia Battery.

Direktur Utama MIND ID mengatakan pembangunan pabrik baterai akan dipimpin oleh Inalum melalui ANTM, bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Ketiga perusahaan ini nantinya menjadi bagian dari perusahaan Holding Indonesia Battery ini.


"Di hulu ada Antam, yang intermediate ada Pertamina, hilir ada PLN. Sekarang lagi diproses. Itu nanti ada Indonesia Battery, itu holding company yang terlibat dalam pembuatan baterai dari hulu ke hilir," jelasnya.

Uni Eropa marah ?
Uni Eropa (UE) gerah dengan langkah Indonesia menyetop ekspor bijih nikel mentah. Mereka bahkan berencana menggugat Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait larangan ekspor yang efektif berlaku mulai 1 Januari 2020. Pelarangan ekspor mineral mentah ini mengacu pada Peraturan Menteri (Permen) ESDM nomor 11 tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara. Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir nikel terbesar dunia yang menguasai sekitar 27 persen pasar global. Kendati demikian, Indonesia selama puluhan tahun hanya mengekspor nikel mentah.

Nikel adalah salah satu logam terbesar dalam pembuatan baterai listrik. Lithium-ion ibarat jantung dari revolusi mobil listrik. Kandungan baterai lithium-ion itu, terdiri dari anoda, katoda, dan elektrolit. Nikel merupakan komponen logam yang dominan dalam komposisi baterai listrik, khususnya katoda.

Sudah ada pernyataan dimedia menyatakan "Hidup Mati Mobil Listrik Eropa Bergantung Nikel",

Bagi Indonesia, nikel merupakan komoditas mineral yang sangat strategi di pasar dunia bersama timah dan batubara.

Sebanyak 30 fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel kini tengah dibangun. Bahkan, tak hanya smelter bijih nikel, namun pabrik turunan lainnya seperti stainless steel hingga komponen baterai juga tengah dibangun. Artinya industri energi dan sumber daya mineral nantinya akan membutuhkan lebih banyak lagi bijih nikel yang harus diproduksi untuk memenuhi permintaan pasar.

Indonesia bisa menjadi sang raja Nikel dan Raja Baterai Listrik Dunia.
Dukungan pemerintah sangat diperlukan, Di Thailand Produsen baterai untuk kendaraan listrik pun akan dibebaskan pajak penghasilan selama delapan tahun.

 

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar