Ada Indikasi PDIP Surabaya Pecah, Nama Risma Ikut Terseret

Sabtu, 28/11/2020 16:30 WIB
Tri Risma Maharani (KabarIndonesia)

Tri Risma Maharani (KabarIndonesia)

Surabaya, Jawa Timur, law-justice.co - Perpecahan di internal PDIP terkait Pilkada Kota Surabaya semakin kencang jelang pemungutan suara 9 Desember mendatang. Terbaru, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan anaknya, yakni Fuad Bernardi ikut tertuduh.

Kader PDIP yang menuding Risma dan anaknya melakukan pecah belah adalah Jagad Hariseno. Seno, begitu sapaannya, merupakan kakak dari Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakit Buana.

Jagad mendukung Machfud Arifin-Mujiaman, tak seperti keputusan partainya yang mengusung Eri Cahyadi-Armuji. Tak sedikit pula kader PDIP yang mendukung Machfud selain Seno.

"Yang dilakukan Bu Risma itu sudah memecah belah PDIP di Surabaya. Itu jelas," kata Seno Selasa (24/11).

Dilansir dari CNNIndonesia Sabtu (28/11/2020) Pernyataan Seno itu menampik Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat yang sebelumnya menuding Machfud Arifin, telah melakukan devide et impera atau strategi politik adu domba ala Belanda.

"Saya menghormati Mas Djarot, tapi saya hanya tidak sepakat, saya sedikit mengoreksi pernyataan Mas Djarot bahwa yang melakukan pemecah belahan partai ya Risma, Eri-Armuji dan anaknya [Fuad Bernardi]," ujarnya.

Fuad, kata Seno, sesumbar menggerakkan relawannya di Surabaya untuk memenangkan Eri-Armuji dan melanggengkan kepentingan politiknya. Dengan langkah itu, Whisnu Sakti Buana justru dianggap sebagai musuh.

Pelibatan relawan-relawan Fuad ini, kata Seno, bisa mengancam eksistensi para relawan PAC PDIP di Surabaya yang sudah lama berjuang dan memiliki ikatan sejarah kuat. Fuad bisa leluasa menempatkan orangnya di titik PAC PDIP di Surabaya setelah ini.

Seno juga mengatakan, usai Whisnu terdepak dari bursa pencalonan wali kota di internal PDIP Surabaya, adiknya itu seakan-akan dibuang. Tak ada komunikasi apapun yang ditempuh dari pihak Risma ataupun Eri-Armuji.

Lalu ditengah proses kampanye, Whisnu tiba-tiba ditunjuk menjadi panglima pemenangan Eri-Armuji. Seno pun nelangsa melihat adiknya diperlakukan seperti itu. Menurutnya hal itu bukanlah etika politik yang baik.

"Saya melakukan perlindungan kakak kepada WS (Whisnu Sakti), sebagai kakak kepada adik," ujarnya.

Terbaru, muncul video berdurasi 19 detik yang menampilkan sejumlah orang memekikkan yel-yel `hancurkan Risma`. Video itu viral di media sosial.

Dalam video itu terlihat juga Mat Mochtar, kader senior PDIP yang telah dipecat karena dinilai tidak patuh terhadap keputusan Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri. Mat Mochtar menolak mendukung Eri Cahyadi-Armuji.

Saat dikonfirmasi, Mat Mochtar membenarkan bahwa dirinya memang ada di video tersebut. Ia menyebut video itu terekam pada Rabu (25/11) lalu.

"Videonya kemarin, masih baru," kata Mat Mochtar kepada CNNIndonesia.com.

Ia mengatakan bahwa nyanyian itu adalah luapan kekecewaan dirinya kepada Risma, karena dinilai telah memengaruhi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar memberikan rekomendasi kepada tokoh nonpartai, Eri Cahyadi, di Pilkada Surabaya.

Menurutnya, yang berhak mendapatkan rekomendasi menjadi calon wali kota adalah Whisnu Sakti Buana. Whisnu dianggap layak karena telah mendampingi Risma sebagai Wakil Wali Kota Surabaya selama dua periode.

Putra Risma, Fuad Bernardi, membantah tudingan-tudingan itu. Ia menyebutkan tuduhan tersebut tak jelas dan tidak berdasar.

"Itu dasarnya dari mana? kan nggak jelas, tuduhannya kan nggak jelas itu," kata Fuad, menampik tuduhan Seno.

Ia menjelaskan bahwa ibunya tak pernah melakukan apapun demi kepentingan politik pribadinya Apalagi sampai memecah belah PDIP, partai yang telah menaunginya.

Fuad juga menegaskan bahwa keputusan PDIP mengusung Eri-Armuji berasal dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Siapapun tak bisa mengintervensi, termasuk Risma.

"Yang mengeluarkan rekomendasi kan Bu Mega. Dan Ketum itu apakah ada yang bisa mengeintervensi? Nggak ada. Beliau bisa memutuskan sendiri semua," ucapnya.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar