Gawat! WHO Kembali Keluarkan Ramalan Mengerikan Soal Covid-19

Senin, 23/11/2020 22:39 WIB
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (kompas)

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (kompas)

Jakarta, law-justice.co - Kabar uruk soal penanganan Covid-19 terus saja terjadi. Kali ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menyatakan kekhawatirannya soal munculnya serangan gelombang ketiga dari Covid-19.

Kekhawatiran ini dipicu oleh apa yang disebut kegagalan menangani pandemi pada gelombang-gelombang sebelumnya. Dilansir dari Reuters, David Nabarro dari WHO menyatakan bahwa benua biru cukup tertinggal dalam pembangunan infrastruktur dan protokol kesehatan penanganan Covid-19.

"Sekarang kita punya gelombang kedua. Jika mereka tidak membangun infrastruktur yang diperlukan, kita akan mengalami gelombang ketiga awal tahun depan," kata David Nabarro dari WHO dalam wawancara dengan surat kabar Swiss Solothurner Zeitung, dikutip Senin (23/11/2020).

"Mereka ketinggalan membangun infrastruktur yang diperlukan selama bulan-bulan musim panas, setelah mereka mengendalikan gelombang pertama."

Selain itu mantan calon sekjen WHO itu juga berpandangan bahwa pelonggaran mobilitas masyarakat di beberapa negara sangatlah terlalu dini. Ia mengambil contoh dari Swiss mengenai pembukaan beberapa resor ski yang dikhawatirkan meledakan kasus infeksi baru.

"Begitu tingkat infeksi menurun, dan mereka akan turun, maka kita bisa bebas seperti yang kita inginkan," kata Nabarro lagi.

"Tapi sekarang? Haruskah resor ski dibuka? Dalam kondisi apa?"

Di sisi lain ia memuji tanggapan negara-negara Asia seperti Korea Selatan, di mana penularannya sekarang relatif rendah. Menurutnya masyarakat benar-benar terlibat dan jadi kunci kesuksesan.

"Orang-orang terlibat sepenuhnya, mereka mengambil perilaku yang mempersulit virus. Mereka menjaga jarak, memakai masker, mengisolasi saat sakit, mencuci tangan dan permukaan tubuh lainnya. Mereka melindungi kelompok yang paling rentan," ujarnya.

Eropa sempat menikmati penurunan tingkat infeksi. Namun kini, angkanya melonjak lagi. Jerman dan Prancis pada hari Sabtu mengalami peningkatan kasus sebanyak 33.000 sementara Swiss dan Austria memiliki ribuan kasus setiap hari. Turki melaporkan rekor 5.532 infeksi baru.

Saat ini ada 58 juta warga dunia terinfeksi virus. Angka kematian, mengutip Worldometers, mencapai 1,3 juta jiwa. Eropa mendominasi 10 besar negara terbanyak kasus infeksi.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar