Punya 300 Hulu Ledak Nuklir, Cina Bakal Picu Konfik Dunia

Rabu, 18/11/2020 12:11 WIB
Hulu ledak nuklir Cina (Tempo)

Hulu ledak nuklir Cina (Tempo)

Beijing, Tiongkok, law-justice.co - Selama dua dekade terakhir, China membangun senjata nuklir darat dan laut untuk pertahanan negaranya. Ini dilakukan untuk memastikan militer China dapat melakukan serangan balasan, jika pihak lain mencoba meluncurkan dan menyerang Negeri Tirai Bambu dengan nuklir.

Melansir South China Morning Post (SCMP), memiliki senjata nuklir akan menjaga China dari skenario terburuk. Apalagi jika ketegangan makin meninggi dan terjadi konflik senjata dengan Amerika Serikat (AS).

"Meluncurkan serangan nuklir di China selalu menjadi pilihan militer bagi AS," kata Wang Xiangsui, profesor di Beihang University di Beijing yang juga mantan kolonel militer China, dikutip Rabu (18/11/2020).

"Namun untuk opsi ini, mereka (AS) akan menghadapi ketidakpastian yang meningkat karena penyesuaian dan perubahan kami dalam 20 tahun terakhir."

Tanpa menyebutkan sumbernya, Wang mengatakan AS mengklaim China hanya memiliki satu hulu ledak nuklir yang mampu bertahan dari serangan pertama AS dan mencapai tanah Amerika jika melakukan serangan balik. Namun Ia menolak klaim tersebut.

Menurutnya hal itu tidak masuk akal. Ia mengatakan China sudah melakukan persiapan bertahun-tahun dalam membangun kemampuan mengirim serangan balik berkali-kali untuk menanggapi perang nuklir nantinya.

Selain terowongan rudal balistik antarbenua, kata dia, China juga mengembangkan rudal canggih dan memperluas benteng di Laut China Selatan (LCS) dan Laut Kuning. Di dua laut itu, kapal selam rudal balistiknya dapat beroperasi dengan aman.

"Ini telah menarik garis bawah untuk konfrontasi China-AS, bahwa konfrontasi tersebut tidak mungkin menjadi invasi besar-besaran, yang merupakan dasar penting (perhitungan kedua belah pihak)," katanya.

Meski sudah siap dengan nuklirnya, China berjanji untuk tidak menggunakan senjata nuklir untuk menyerang pertama kali. Strategi nuklir China bergantung pada memastikan kekuatan nuklirnya dapat bertahan dari gelombang pertama serangan musuh.

China diperkirakan memiliki 200 atau 300 hulu ledak nuklir. Namun ini lebih kecil dari 4.000 atau lebih milik masing-masing Rusia dan AS.

Sebelumnya, pada 2018, media pemerintah China melaporkan bahwa militer telah membangun "Tembok Besar bawah tanah" sepanjang 5.000 km (3.100 mil) terowongan di seluruh negeri untuk bersembunyi, memindahkan, dan meluncurkan pasukan serangan balasan nuklirnya.

Dalam rekaman tersebut, ICBM (peluru kendali balistik antar benua) ditampilkan sedang dimuat di truk dan didorong melalui terowongan. China juga membangun kemampuan nuklir maritim yang kuat pada 2015 ketika kapal selam nuklir rudal balistik Type 094A (SSBN) dilengkapi dengan rudal JL-2 (SLBM) untuk berpatroli.

PLA memiliki satu pangkalan SSBN di LCS, di mana perairannya lebih dalam dan karenanya lebih aman untuk operasi kapal selam rahasia. Ada pula dua di Laut Kuning, yang lebih dekat ke daratan AS untuk misil yang dikirim melalui kutub utara.

JL-2 memiliki jangkauan 7.400 km, dan penggantinya, JL-3, diperkirakan memiliki jangkauan lebih dari 12.000 km, menempatkan AS dalam jangkauan dari pantai China.

"Tentara Pembebasan Rakyat juga telah mengembangkan portofolio misilnya, menciptakan rudal glider hipersonik pertama di dunia DF-17, yang cukup cepat untuk menembus sistem pertahanan rudal AS," tulis SCMP mengutip Wang lagi.

Dalam forum tersebut, Wang mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa rudal "pembunuh kapal induk" PLA DF-26B dan DF-21D berhasil menghantam kapal yang bergerak di LCS dalam uji coba pada Agustus lalu. Ini mengirimkan peringatan ke AS untuk tidak main-main dengan China.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar