Ini Deretan Saham `Menggoda` di Tengah Euforia Presiden Terpilih AS

Senin, 09/11/2020 08:56 WIB
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Jakarta, law-justice.co - Pada perdagangan saham pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 4,04 persen, mendarat di level 5.335. Tercatat, asing melakukan beli bersih sebesar Rp1,2 triliun.

Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Darma menyebut penguatan yang terjadi pada awal November ini disebabkan oleh euforia Pemilihan Presiden (Pilpres) AS yang memenangkan pasangan Joe Biden-Kamala Harris.

Padahal, berdasarkan pengalaman risetnya selama 13 tahun, pasar modal memiliki kecenderungan koreksi pada setiap November sebelum indeks lepas landas di akhir tahun pada Desember.

Momentum penguatan, dia nilai, akan berlanjut menyambut kemenangan Joe Biden yang unggul dari petahana, Donald Trump.

Namun, karena penguatan perdagangan pekan lalu sudah cukup signifikan, ia mengingatkan investor akan peluang koreksi wajar akibat aksi ambil untung.

"Ada kemungkinan rawan koreksi, ingat November kecenderungan turun, tapi karena ada pilpres jadi euforia," katanya seperti melansir CNNIndonesia.com, Senin 9 November 2020.

Meski rawan koreksi, namun Suria menilai pelemahan tidak akan terlalu signifikan. Pasalnya, tak hanya aliran modal asing yang diprediksinya menopang indeks, tapi juga pelaku pasar ritel dalam negeri.

Dia menyebut sejak pandemi covid-19, terjadi anomali di mana pasar modal ditopang oleh pelaku pasar dalam negeri. Hal ini, menurutnya, tak terjadi pada krisis keuangan sebelumnya.

"Sekarang investor lokal kuat, dana yang biasanya di perbankan sekarang masuk ke pasar modal. Ini anomali, jarang terjadi. Ini yang membuat indeks susah turun," imbuhnya.

Menyambut kemenangan Biden, dia menyebut saham-saham blue chip yang akan menjadi incaran karena pelaku asing lebih memilih `main` aman, khususnya untuk sektor perbankan dan telekomunikasi.

Untuk perbankan, saham-saham berkapitalisasi besar, seperti PT BCA Tbk atau BBCA dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI dapat dijadikan pilihan.

Apalagi, emiten belum pulih benar dari koreksi akibat pandemi. Secara tahunan, BMRI tercatat masih minus 22,1 persen dan BBCA masih terkoreksi 8 persen.

Dia memasang harga target BMRI di level 7.700 dan BBCA di harga 33.755. Namun, untuk BBCA, karena kenaikan sudah signifikan, yaitu 8,81 persen sepanjang pekan, ia menyarankan untuk hold atau tunggu dulu hingga harga turun dari level tutup, yaitu 31.500.

Sementara, untuk sektor telekomunikasi, Suria merekomendasikan saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM dengan harga target 4.300.

Lebih lanjut, dengan implementasi kebijakan Biden soal energi terbarukan, produksi minyak dan gas dari fosil akan ditekan. Sehingga industri yang memproduksi bahan bakar ramah lingkungan akan diuntungkan.

Ini sejalan dengan rencana pemerintah RI membangun pabrik baterai mobil listrik di dalam negeri. Pabrik-pabrik yang memproduksi bahan baku nikel menurutnya akan terdampak positif.

Kemudian, akibat gejolak politik yang belum stabil, ia memprediksikan dolar AS masih akan meneruskan pelemahan diikuti oleh menguatnya harga emas. Oleh karena itu, ia bilang saham-saham produksi nikel dan emas juga dapat dipantau investor.

Pengamat Pasar Modal sekaligus Analis Riska Afriani meramal kemenangan Biden akan disambut positif oleh pasar berkembang (emerging market). Salah satunya, Indonesia.

Dia menilai sinyal telah tampak pada perdagangan Kamis dan Jumat lalu kala pemungutan suara berakhir dan telah dimulai penghitungan suara.

Pasalnya, berbagai kebijakan Biden dinilai investor akan menguntungkan pasar berkembang. Salah satunya, kebijakan menaikkan pajak orang kaya dan perusahaan besar.

Tingginya pajak usaha di AS membuat pasar modal Negeri Paman Sam tak lagi semenarik kala Trump menurunkan pajak korporasi, sehingga diprediksikan dana asing bakal diparkirkan di pasar yang lebih murah.

Sepaham dengan Suria, ia menyarankan investor untuk memantau saham-saham berkapitalisasi tinggi yang tergabung dalam indeks LQ45.

"Potensi kenaikan pekan ini masih ada, tapi mungkin diiringi oleh profit taking (ambil untung), saham-saham yang jadi penggeraknya adalah perbankan karena secara kapitalisasi terbesar ada di perbankan," jelasnya.

PT Astra Internasional Tbk (ASII) menjadi rekomendasi Riska pada pekan ini karena ASII merupakan salah satu saham primadona asing. Pada pekan lalu, tidak kurang Rp321 miliar dana asing masuk ke perusahaan otomotif ini.

Harga target terdekat yang ditetapkannya ialah 6.150 dengan potensi penguatan jangka panjang di 7.500.

Lalu, untuk sektor konsumer, ia memilih saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Riska menilai emiten dapat dikoleksi untuk jangka panjang. Adapun target teknikal terdekat emiten ada di level 8.325.

"Dengan kemenangan Biden ini akan menggairahkan emerging market dan pelaku saham akan sangat positif bagi indeks," tutupnya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar