Strategi PPP Bawa Sandiaga Uno di Bursa Caketum, Ada Alasan Kedekatan?

Jum'at, 06/11/2020 15:52 WIB
 Foto:  IG @sandiuno.

Foto: IG @sandiuno.

Garut, Jawa Barat, law-justice.co - Nama Sandiaga Uno masuk dalam bursa calon ketua umum (caketum) PPP. Wakil Dewan Pembina Partai Gerindra itu akhirnya angkat bicara.

"Keluarga besar saya sebetulnya juga banyak loyalis-loyalis PPP," ungkap Sandiaga Uno usai mengunjungi Pabrik Pengolahan Kulit di Garut, Jawa Barat, Kamis (6/11/2020).

Hanya saja, Sandiaga mengaku belum mau fokus soal peluangnya menjadi ketua umum PPP untuk saat ini. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu ingin mengupayakan bantuan bagi pihak-pihak yang terdampak pandemi virus Corona (COVID-19), dari sisi ekonomi.

"Namun fokus sekarang kita ini adalah gimana membangkitkan ekonomi di mana kita bisa membuka lapangan kerja baru seluas-luasnya. Gimana kita pulih dengan ide-ide baru, ide-ide kreatif untuk bergandengan tangan di krisis ini," kata Sandiaga.

"Kita perlu ingatkan semua pihak, pemerintah terutamanya untuk mempercepat bantuan, yang sudah lama ditunggu oleh masyarakat," imbuhnya.

Nama Sandiaga masuk di bursa caketum PPP di antara tokoh-tokoh internal, seperti Plt Ketum PPP Suharso yang juga akan maju menjadi caketum. Eks cawapres pada Pilpres 2021 itu masih belum menjawab apakah bersedia pindah ke PPP jika peluangnya menjadi ketua umum terbuka lebar.

"Jadi kebetulan Plt Ketua Umum PPP masih paman saya, Pak Suharso. Saya sampaikan pada semua, rekan-rekan fokus pada pemulihan ekonomi bangkitnya, dan buka lapangan kerja seluas-luasnya," kata Sandiaga.

Sandiaga Uno diaggap bisa jadi efek kejut yang diperlukan PPP.

Masuknya Sandiaga ke bursa Caketum PPP memang atas usulan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PPP. Namun tidak diketahui berapa jumlah DPC yang mengusulkan Sandiaga dan DPC mana saja.

"Sementara ada sejumlah DPC yang juga mewacanakan Sandiaga Uno. Ya itu kan hak untuk menyampaikan, tetapi semua tergantung kepada muktamirin (peserta muktamar), siapa yang akan dipilih nanti," kata Wasekjen PPP Achmad Baidowi saat dihubungi, Minggu (25/10/2020).

Masuknya Sandiaga sebagai calon pucuk pimpinan partai berlambang ka`bah baru sebatas wacana. Harus ada proses-proses yang harus dilalui agar Sandiaga bisa menjadi Caketum PPP definitif.

"Tetapi kan itu baru sekadar usulan, baru sekadar wacana, apakah benar beliau-beliau mau maju, kita juga belum tahu," ucap Baidowi.

PPP memang akan menggelar muktamar pada 20-23 Desember 2020 mendatang, di Makassar, Sulawesi Selatan. Salah satu agenda dalam Muktamar ke-IX PPP itu, yakni pemilihan ketum.

PPP diketahui bukan partai sembarangan. Partai ini telah menjadi salah satu bagian penting dalam perpolitikan Indonesia sejak rezim Orde Baru.

Gerindra sendiri berat melepas Sandiaga ke PPP. Sandiaga pun diharapkan tetap bersama partai berlambang kepala burung Garuda itu. Sandiaga juga diyakini bukan pengkhianat partai dan setia kepada Ketum Gerindra Prabowo Subianto.

"Bang Sandi bukan pengkhianat. Beliau kader Gerindra yang setia bersama Pak Prabowo dan partai," kata elite Gerindra Andre Rosiade, kepada wartawan, Senin (26/10).

Terlepas dari jadi atau tidaknya bergabung, Sandiaga dinilai bisa menjadi jawaban atas kebutuhan PPP yang saat ini dianggap sedang dalam krisis kepemimpinan. Sandiaga dianggap bisa menjadi efek kejut bagi PPP untuk meraup suara di Pilpres 2024.

"Dari sisi kebutuhan, PPP memang mengalami penurunan yang cukup ya. Seperti kasus Romi (eks Ketum PPP Romahurmuziy yang terseret korupsi), belum lagi kalah dengan partai Islam lainnya. Bahkan kemarin hampir nggak lolos PT (parliamentary threshold/ambang batas masuk parlemen)," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, dalam perbincangan, Senin (26/10/2020).

Yunarto menilai PPP membutuhkan efek kejut untuk mendongkrak suara di Pemilu 2024. Sandiaga dianggap mampu menjadi efek kejut tersebut.

"Memang partai ini membutuhkan efek kejut, paling mudah melihat perilaku pemilih Indonesia yang cenderung demokrasi kultus butuh sosok yang kuat sebagai ketum. Sandi punya daya magnet elektoral. Ini yang tidak dimiliki ketum sebelumnya, seperti Romi, Suharso," sebut Yunarto.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar