Pelaku Teror di Gereja Prancis Bukan DPO Intelejen

Jum'at, 30/10/2020 13:07 WIB
Teror terjadi di Gereja Prancis

Teror terjadi di Gereja Prancis

Paris, Perancis, law-justice.co - Jaksa anti-terorisme Prancis, Jean-Francois Ricard, mengatakan bahwa pelaku penyerangan di sekitar Gereja Notre Dame Basilica, Nice, Prancis, tak masuk dalam radar badan intelijen.

Dalam pernyataan resminya pada Kamis (29/10/2020) malam, Ricard juga menegaskan bahwa pelaku penyerangan itu tak masuk dalam daftar orang dengan potensi ancaman.

Pelaku merupakan laki-laki Tunisia berusia 21 tahun yang baru tiba di Prancis pada awal Oktober lalu. Ia datang ke Eropa dengan kapal migran melalui Pulau Lampedusa, Italia, pada akhir September lalu. Ia mengaku sebagai Brahim Aouissaoui.


Ketika tiba di Pulau Lampedusa, otoritas sempat mengarantina pelaku demi memenuhi protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Usai dikarantina, pelaku diperintahkan untuk keluar dari wilayah Italia. Dia lalu tiba di Prancis pada awal Oktober hingga kemudian penyerangan terjadi.

Penyerangan terjadi sekitar pukul 8.29 waktu Prancis. Jean-Francois Ricard mengatakan bahwa pelaku membawa salinan Alquran serta tiga pisau saat melakukan aksinya.

Pelaku menyerang orang-orang yang sedang berdoa di dalam Basilika Notre-Dame, di jantung kota Mediterania dalam kurun sekitar 30 menit.

Pelaku menggunakan pisau berukuran 30 cm untuk menyayat tenggorokan perempuan berusia 60 tahun dan membuatnya meninggal di dalam gereja.

Seorang pria berusia 55 tahun yang merupakan pegawai gereja turut menjadi korban. Jenazahnya ditemukan di dalam gereja dengan kondisi mengenaskan.

Sementara itu, seorang perempuan berusia 44 tahun sempat mencoba mencari bantuan dengan melarikan diri dari gereja ke restoran terdekat. Namun, ia tak tertolong dan meninggal karena beberapa luka tusukan pisau.

Polisi lantas memburu pelaku. Ketika ditangkap, pelaku menyerukan "Allahu Akbar" sebelum dilarikan ke rumah sakit.

Penyerangan itu terjadi di tengah polemik ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang tak melarang Charlie Hebdo menerbitkan komik atau kartun Nabi Muhammad.

Wali Kota Nice, Christian Estrosi, lewat akun Twitter mengatakan bahwa insiden di sekitar Gereja Notre Dame Basilica, Nice, merupakan serangan teror.

"Saya dapat mengkonfirmasi semuanya. Biarkan kami berpikir ini adalah serangan teror di Notre-Dame Basilica," ujarnya.

Macron juga mengutuk tindakan teror yang ia sebut sebagai bentuk kegilaan itu. Macron lalu menyatakan Prancis akan selalu melawan paham ekstremisme dan terorisme. Dia juga menyatakan Prancis tetap akan mempertahankan nilai-nilai sekularisme.

Sejak rentetan kejadian ini, pemerintah Prancis meningkatkan level keamanan. Sebanyak 7 ribu personel tentara dikerahkan untuk menjaga gereja di Prancis.

Terpisah, Kejaksaan Agung Tunisia mengaku bakal melakukan investigasi terkait laporan bahwa warganya menjadi terduga pelaku penyerangan.

(Ade Irmansyah\Ade Irmansyah)

Share:




Berita Terkait

Komentar