Hina Yahudi Disebut Anti Semit, Tapi Hina Islam Kebebasan Berekspresi

Senin, 26/10/2020 07:16 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Schengen Visa).

Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Schengen Visa).

Jakarta, law-justice.co - Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) yang juga mantan Juru Bicara Presiden RI ke-4 Gus Dur, Adhie Massardi menyatakan persepsi dunia mengenai rasisme dan sentimen agama sudah keblinger.

Kata dia, idak ada keadilan dalam melihat sebuah penghinaan terhadap agama, khususnya oleh masyarakat Eropa Barat. Apalagi saat penilaian itu tidak adil bagi umat Islam.

Hal itu diisampaikan Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi dalam akun Twitter pribadi, Minggu (25/10).

"Keblinger. Menghina Yahudi disebut anti semit. Menghina warna kulit disebut rasis. Giliran menghina (agama) Islam hanya dianggap kebebasan berekspresi!” tulisnya.

Inisiator KAMI ini menangapi, berkaitan dengan sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerang Islam dan komunitas muslim.

Dia menggambarkan Islam sebagai agama yang mengalami krisis.

Pernyataan Macron sendiri bertepatan dengan langkah provokatif oleh majalah Prancis, Charlie Hebdo, dengan menerbitkan karikatur Nabi Muhammad SAW yang telah menarik kemarahan dan kemarahan yang meluas di seluruh dunia Muslim.

Karikatur tersebut pertama kali diterbitkan pada 2006 oleh surat kabar Denmark Jylllands Posten, dan memicu gelombang protes.

Setelah itu, Prancis diguncang oleh insiden pemenggalan seorang guru sejarah, Samuel Patty, karena ia menggunakan karikatur sebagai contoh kebebasan berekspresi.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar