Hidupkan Literasi Melalui Film Dokumenter Berjudul `Lawas`

Minggu, 25/10/2020 16:47 WIB
Lawas: Karya Akhir Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Jember (Foto:Istimewa)

Lawas: Karya Akhir Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Jember (Foto:Istimewa)

Jember, Jawa Timur, law-justice.co - Kecintaan terhadap membaca sudah seharusnya digalakkan agar bangsa menjadi lebih berbudaya. Melihat perkembangan zaman yang mulai banyak dipengaruhi kemajuan teknologi, tak dipungkiri minat baca mulai menurun. Siapa sangka, justru dari fenomena inilah seseorang berinisiatif mengangkat ke dalam sebuah film tugas akhirnya.

Lintang Fairus Habibullah seorang mahasiswa tingkat akhir Perguruan Tinggi Universitas Jember, Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Televisi dan Film (PSTF) memberanikan dirinya untuk menjadikan kisah seorang penyewa rental komik terakhir di Kabupaten Jember ke dalam film tugas akhirnya itu.

Melakukan riset sejak 2017 diakui Lintang cukup menguras tenaga dan pikiran. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap mengangkat kisah perjalanan sang penyewa.

“Namanya Pak Oce, rental komiknya itu sudah berdiri sejak 1995,” terangnya.

Sedikit bercerita mengenai Pak Oce, Lintang menjelaskan alasan unik rental komik tersebut masih ada sampai sekarang karena beliau masih sayang kepada pelanggan lamanya.

“Bisnis itu ada dua, cari profit dan cari kesenangan. Saya cuma cari senangnya saja,” ucap Lintang menirukan Pak Oce.

Selain berani angkat fenomena unik, ia juga memberanikan dirinya untuk mengangkat kisah ini ke dalam film dokumenter yang cukup dikenal membosankan di mata hampir banyak orang. Namun, suguhan berbeda sudah disiapkan Lintang untuk menarik para penontonnya.

“Aku kemasnya memang komikal dan tematik, tidak cuma bahas rental komik tapi juga komiknya,” ungkapnya.

Selain nuansa komikal, dirinya juga sudah mempersiapkan sejumlah tim publishing untuk menarik minat masyarakat.

“Aku mau sebanyak mungkin teman-teman yang sudah tahu re-call lagi ke Pak Oce dan yang belum tahu akhirnya tahu kalau ada tempat baca gratis,” akunya.

Secara teknis pembuatan, Lintang hanya melibatkan 15 orang dalam pembuatan film dokumenter ini. “Memang crew film dokumenter tidak sebanyak crew film fiksi,” kata Lintang.

Tapi tidak dipungkiri, beberapa hambatan ditemui dalam pembuatan karyanya. Mulai dari literasi yang diakuinya hanya sedikit bahan bacaan yang mengulas mengenai komik dan beberapa tim yang akhirnya berhenti di tengah jalan. Meski menemui sejumlah kendala tersebut, Lintang mengaku sedikit bersyukur karena pagelaran yang diadakan akan digelar secara virtual.

“Jadi lebih hemat sih, dan bisa menjangkau lebih banyak penonton yang tidak hanya dari Kota Jember,” akunya sembari tertawa. Dirinya berharap banyak dari karya yang akan dipersembahkan kepada seluruh kalangan, orang yang menonton dan akhirnya mengenal Pak Oce dan tahu bahwa di Jember masih ada taman baca bagi siapapun.

Pagelaran virtual ini akan dilaksanakan pada hari Minggu (25/10/2020) melalui private link yang dibagikan oleh tim kepada mereka yang sudah mendaftar melalui google form. Untuk yang ingin menonton tidak perlu khawatir tidak kebagian link tayangan, karena info pendaftaran melalui google form dan penayangan akan terus di-update di laman instagram @satusamalima.

Tidak hanya menyuguhkan tayangan, Pagelaran virtual ini juga suguhkan diskusi bagi yang sudah menonton dan mungkin ingin bertanya lebih jauh mengenai karyanya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar