Banyak Diminati, Permintaan Sex Toys di China saat Pandemi Melonjak

Rabu, 21/10/2020 10:40 WIB
Perempuan di China buru sex toys selama pandemi Covid-19 (Foto: AFP)

Perempuan di China buru sex toys selama pandemi Covid-19 (Foto: AFP)

Jakarta, law-justice.co - Banyak kalangan wanita di China memburu alat bantu seks atau sex toys di masa pandemi Covid-19. Akibatnya, permintaan di dalam negeri pun melonjak.

Sebagian besar peminat sex toys merupakan perempuan lajang yang mencari cara untuk memenuhi kebutuhan biologis di saat pandemi.

"Sebelumnya saya sedikit takut dan malu menggunakannya. Lalu saya menemukan dunia baru," kata seorang perempuan yang bukan nama sebenarnya, Amy, seraya menambahkan dia sedang memperbanyak koleksi sex toys seperti melansir inews.id.

Permintaan alat bantu seks di China meningkat, juga untuk pasar ekspor.

Seorang blogger seksualitas China, Yi Heng mengatakan, kondisi ini dipicu karena perempuan di negaranya sudah mulai terbiasa dengan sex toys, berbeda dengan masa lalu.

Padahal di masa lalu, masyarakat China sering dikaitkan dengan sikap konservatif terhadap seksualitas. Pornografi di negara itu dilarang dan pihak berwenang menindak tegas konten online yang vulgar.

"Cukup banyak perempuan aktif secara seksual memiliki sikap sangat terbuka terhadap penggunaan sex toys. Mereka menganggapnya sangat alami dan normal," kata Yi.

Perempuan yang juga memiliki lebih dari 700.000 pengikut di Weibo itu yakin bahwa perempuan China kini mengendalikan pasar sex toys.

Pemicu lain adalah tingkat perceraian di China yang cukup tinggi. Selama 9 bulan pertama 2019, 3,1 juta orang bercerai yang merupakan rekor tertinggi di negara itu.

Perempuan lajang berusia 30 tahunan atau lebih muda pun menjadi lebih nyaman dengan memuaskan diri menggunakan sex toys.

Yi juga menyoroti kemampaun pria dalam memuaskan pasangannya. Menurut dia, tidak tertutup kemungkinan konsumen sex toys juga perempuan yang masih punya pasangan.

"Kadang-kadang mereka tidak mendapatkan orgasme dan kesenangan, mungkin karena keterampilan pria di tempat tidur tidak cukup baik," ujarnya.

Penjualan mainan seks di China memang masih tertinggal dibandingkan negara-negara Barat, bahkan Jepang. Namun, pasar sex toys menunjukkan peningkatan, dipicu oleh tingginya permintaan dari kalangan perempuan milenial.

Perusahaan riset China iiMedia mengungkap, penjualan sex toys di China sudah mencapai 100 miliar yuan lebih atau sekitar Rp220 triliun.

Steffi Noel, analis riset pasar Daxue Consulting, mengatakan, pencarian kata kunci `sex toys` di mesin pencari Baidu melonjak pada Januari hingga Juni 2020.

Namun dia menekankan lonjakan permintaan dalam negeri selama pandemi kemungkinan tak berlangsung untuk jangka panjang.

"Orang-orang yang membeli (sex toys) selama pandemi kebanyakan pemula," kata Noel, seraya menambahkan, 70 persen dari mereka kemungkinan besar hanya membeli satu kali.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar