Ternyata Gatot Nurmantyo Jago Ramal, Terbaru Soal Virus Corona

Sabtu, 17/10/2020 05:54 WIB
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo ternyata pernah meramalkan soal hadirnya Virus Corona (Antara)

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo ternyata pernah meramalkan soal hadirnya Virus Corona (Antara)

Jakarta, law-justice.co - Nama Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo tengah menjadi perbincangan publik saat ini. Hal itu terjadi setelah mantan Panglima TNI itu masuk menjadi Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Terkait KAMI ini pun kini menjadi sorotan, apalagi setelah beberapa petinggi dan anggotanya ditangkap oleh polisi. Namun, di balik itu ada cerita lain yang berkaitan dengan Gatot.

Kali ini adalah soal ramalannya terkait virus Corona yang mulai terjadi akhir tahun 2019. Ternyata, pada tahun 2017 dalam sebuah forum resmi di Istana Negara, Gatot pernah mengingatkan jajaran pemerintah agar mewaspadai adanya perang biologi. Peristiwa itu diramalkannya dapat melumpuhkan suatu negara hingga berdampak epidemi.

Gatot menyampaikan hal ini ketika masih menjabat sebagai Panglima TNI dalam acara internasional di Istana Negara, Jakarta pada 27 Oktober 2017. Kala itu dia pun mengaku belum tahu duluan akan ada penyebaran Virus Corona yang menyebabkan COVID-19 seperti sekarang ini.

"Tentunya, saya bicara seperti ini bukan berarti dukun. Tapi berdasarkan data-data fakta yang menyimpulkan itu," katanya seperti dikutip dari YouTube Karni Ilyas Club pada Jumat (16/10/2020) malam.

Kemudian, Gatot menyoroti penanganan penyebaran Virus Corona yang berasal dari Wuhan hingga menyerang Indonesia. Menurut dia, penanganan epidemi itu sebenarnya bulan pertama yang sangat menentukan.

"Ketika di Wuhan ada epidemi, ini penanganan bulan-bulan pertama yang menentukan. Nah ini kita tidak melakukan itu, bahkan menarik wisatawan-wisatawan," ujarnya.

Gatot berpendapat, tidak adanya kesatuan komando dan terus gonta-ganti kepemimpinan untuk penanganan Corona ini. Misalnya, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terjadi perbedaan sikap antara pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah, khususnya Jakarta.

"Kepemimpinan Satgas dari Pak Doni Monardo, akhirnya berganti Pak Erick Thohir, Pak Luhut B Pandjaitan. PSBB pun sama, ada yang PSBB ketat dan ada yang tidak. Tidak ada kesatuan komando," jelas dia.

Herannya lagi, kata Gatot, ketika Gubernur DKI Anies Baswedan menjalankan petunjuk Presiden Jokowi yang mementingkan kesehatan daripada ekonomi. Maka, DKI Jakarta melaksanakan PSBB tapi malah diprotes oleh menteri-menterinya.

"Kan rakyat melihat ini bingung. Dengan kebingungan inilah, KAMI menyarankan kepada pemerintah/Presiden dan DPR untuk lebih serius lagi. Kalau itu ditanggapinya oposisi, ya silahkan saja tapi maksud saya baik," ungkapnya.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar