WHO Sebut Orang Muda & Sehat Bisa Tak Dapat Vaksin Covid hingga 2022

Kamis, 15/10/2020 09:54 WIB
vaksin virus corona diumumkan WHO (tribunnews)

vaksin virus corona diumumkan WHO (tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa orang muda yang sehat sangat berkemungkinan tidak mendapatkan vaksin corona hingga 2022.

Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan mengatakan langkah itu diambil karena imunisasi akan diprioritaskan bagi orang tua dan kelompok rentan lainnya terlebih dahulu.

Menurut dia, petugas kesehatan, pekerja di garis depan dan orang tua kemungkinan akan ditawari vaksin terlebih dahulu, meski rincian siapa saja yang menjadi prioritas masih dirampungkan oleh WHO.

Terlebih hingga kini belum ada satupun vaksin Covid-19 yang dianggap aman dan efektif oleh WHO, Uni Eropa atau Amerika Serikat.

"Orang cenderung berpikir bahwa pada 1 Januari atau 1 April, saya akan mendapatkan vaksin, dan kemudian semuanya akan kembali normal. Tidak akan berhasil seperti itu," kata Swaminathan seperti melansir cnnindonesia, Kamis 15 Oktober 2020.

Dia menambahkan bahwa dunia diharapkan memiliki setidaknya satu vaksin yang aman dan efektif pada 2021, tetapi akan tersedia dalam jumlah terbatas.

Kelompok penasihat strategis yang terdiri dari para ahli imunisasi, atau SAGE, baru-baru ini menerbitkan pedoman untuk negara-negara tentang cara bagaimana memprioritaskan penerima vaksin.

Kata dia saat ini lebih dari 10 vaksin virus corona di seluruh dunia sedang dalam uji klinis tahap akhir.

SAGE akan merilis panduan tentang populasi apa yang paling cocok untuk setiap vaksin dan bagaimana mendistribusikannya secara logistik.

"Kebanyakan orang setuju bahwa ini dimulai dengan petugas kesehatan dan petugas garis depan, tetapi bahkan kemudian Anda perlu menentukan siapa di antara mereka yang memiliki risiko tertinggi dan kemudian orang tua dan seterusnya," kata Swaminathan lagi.

"Akan ada banyak panduan yang keluar, tapi saya pikir rata-rata orang, orang muda yang sehat mungkin harus menunggu hingga 2022 untuk mendapatkan vaksin." sambungnya.

Seperti WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS dan Administrasi Makanan dan Obat-obatan sedang bersiap untuk memprioritaskan komunitas berisiko tertentu untuk distribusi dosis langka. Tetapi garis waktu AS kemungkinan akan terlihat sangat berbeda dari WHO.

AS telah secara independen mendapatkan ratusan juta dosis dari enam perusahaan dengan vaksin potensial yang sedang dikembangkan.

Pejabat tinggi kesehatan AS telah mengatakan bahwa mereka dapat memiliki dosis yang cukup untuk memvaksinasi setiap orang Amerika pada musim semi 2021, dengan distribusi terbatas untuk kelompok yang diprioritaskan mulai tahun ini.

Pejabat tinggi WHO telah memperingatkan negara-negara agar tidak mengamankan dosis vaksin untuk warganya sendiri seperti yang telah dilakukan AS dan China. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut hal itu sebagai nasionalisme vaksin.

WHO sendiri telah meluncurkan program COVAX untuk menjamin akses yang adil terhadap pasokan dosis vaksin bagi seluruh dunia.

Lebih dari 170 negara, termasuk China dan Inggris, telah berinvestasi di fasilitas tersebut, yang memberii manfaat pengembangan vaksin di seluruh anggotanya.

"Kami perlu memastikan bahwa kami memvaksinasi mereka yang paling berisiko di setiap negara sebelum kami memvaksinasi semua orang di beberapa negara," kata Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis di WHO Maria Van Kerkhove.

"Sebagian dari itu tidak hanya karena komitmen pemerintah, tetapi juga pemahaman individu yang mengatakan, `Saya orang yang lebih muda. Saya tidak memiliki kondisi yang mendasarinya. Saya mungkin perlu menunggu agar kakek nenek saya bisa mendapatkan vaksin, `" ucap dia.

Tetapi semua rencana distribusi itu tentu saja bergantung pada apakah sudah ada vaksin yang aman dan efektif.

Komentar WHO muncul beberapa hari setelah Johnson & Johnson menghentikan sementara uji coba vaksin tahap akhir mereka karena masalah keamanan. Sementara uji coba tahap akhir AstraZeneca di AS masih ditunda setelah dihentikan bulan lalu.

Menurut pejabat kesehatan, penghentian sementara dalam uji klinis seperti itu biasa terjadi. Hal itu menunjukkan bahwa badan pengatur mengambil tindakan pencegahan keamanan yang tepat dalam mengembangkan vaksin.

Van Kerkhove menekankan bahwa meski tanpa vaksin, dunia memiliki alat untuk menghentikan penyebaran virus corona sekarang.

"Saat ini kami memiliki alat yang dapat mencegah peristiwa amplifikasi," ucapnya.

Kata dia, mengenakan masker, menghindari keramaian dan sering mencuci tangan diyakni dapat memperlambat penyebaran.

"Kami dapat mengatasi virus dan di banyak negara mereka telah mengendalikan penularan."

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar