Menteri Edhy Beberkan Pengalamannya Terpapar Covid-19 hingga Sembuh

Senin, 12/10/2020 05:02 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo (KKP)

Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo (KKP)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo sempat terpapar virus corona (Covid-19). Namun, kini politikus Gerindra itu sudah dinyatakan sembuh dan bisa berdinas lagi. Edhy pun membagikan ceritanya saat masih berjuang melawan virus tersebut.

Edhy mengatakan, saat ini dirinya sudah semakin membaik setelah dinyatakan sembuh oleh dokter. Ia berkata, sebelum terpapar corona, dirinya memiliki segudang kesibukan terkait pekerjaannya.

"Pada saat itu acara padat sekali, kita menuju ke NTT, Kupang sore hari, langsung kunjungan, malam kegiatan, besoknya kegiatan, lalu ke Makassar untuk transit. Di Makassar ada beberapa kegiatan, padat juga. Paginya kita harus terbang ke Ambon. Di Ambon juga cukup padat," ungkapnya lewat akun akun Instagram resminya, @edhy.prabowo.

Tak cukup sampai di situ, Edhy menerangkan selepas dari Ambon, dirinya mesti kembali lagi ke Makassar, lalu melanjutkan kegiatannya ke Balikpapan, kemudian Maratua, Kalimantan Timur.

"Pada saat di Balikpapan itulah saya enggak enak badan, tapi secara prinsip saya enggak bisa tentukan di mana kenanya. Begitu sampai di Maratua, harusnya dua malam saya di sana, tapi saya putuskan satu hari saja, saya pulang dengan sebagian rombongan dan istri saya. Sampai rumah saya swab, tanggal 3 saya (dinyatakan) positif," ujarnya.

Edhy merasakan sesaat sebelum dinyatakan Covid-19, dirinya mengalami penurunan daya tahan tubuh. Ia merasa lelah, demam, badan tak enak, dan kepala pusing.

"Pokoknya enggak enak sekali," imbuhnya.

Setelah dinyatakan positif Covid-19, Edhy akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Polri. Di sana ia dirawat selama tujuh hari. Selama di sana, ia mulai batuk-batuk. Kemudian setelah infus dilepas, ia mulai demam tinggi dan bernapas kurang enak.

"Tapi, saya minum suplemen, termasuk Pak Menko, Pak Prabowo memberikan arahan-arahan yang akhirnya saya tujuh hari di RS Polri diminta pindah untuk ke RSPAD dengan alasan lebih dekat diawasi," tuturnya.

Setelah dipindah ke RSPAD Gatot Soebroto, ia diminta oleh dokter untuk dirawat di ruang ICU. Ketika dipindah ke ruang ICU, ia masih belum merasakan gejala yang memburuk. Namun ia yakin dokter memiliki pertimbangan tertentu terkait perpindahan ruang rawat tersebut.

"Dokter paru memerintahkan kami dipindah ke ICU padahal saya belum merasa (ada perburukan), cuma saya percaya dokter punya alasan agar lebih intensif," ucapnya.

Menolak Pakai Ventilator

Edhy menceritakan, saat dirawat di ruang ICU, ia menolak untuk dipakaikan ventilator. Alasannya karena dirinya masih mampu bernapas. Ia pun menandatangani perjanjian untuk tak memakai alat tersebut.

"Satu hal yang saya tentang saat itu, saya harus pakai ventilator. Saya enggak mau. Saya ditawarkan ventilator dan saya tolak, karena saya merasa saya belum perlu. Logika saya mengatakan saya hisa hadapi sendiri saya masih sadar, karena (kalau pakai) ventilator harus dipingsankan lebih dulu. Saya enggak nyaman kalau pingsan, saya enggak bisa melawan, enggak bisa memotivasi diri saya," tuturnya.

"Di sini saya mau latihan. Di sinilah saya menandatangini untuk tak pakai ventilator sehingga sampai hari ini saya bisa bicara sama saudara-saudara," tambah dia.

Edhy menambahkan, ia merasa tak nafsu makan, namun ia tetap memaksakan makanan masuk ke dalam mulutnya agar ia memiliki banyak nutrisi. "Alhamdulillah saya sudah mampu melewati masa kritis," jelasnya.

Belum Kembali seperti Sediakala

Meski sudah sembuh, ia mengaku kondisinya belum stabil seperti sediakala. Misalnya saja ia masih harus latihan bernapas karena paru-parunya masih belum begitu normal.

"Memang belum sempurna saya sembuh, karena napas masih harus kita latih, itu yang saya bilang, jangan kena Covid, apalagi harus dirawat sampai ICU. Kenapa? Enggak enak sisanya, harus perbaikan lagi, paru-paru saya dalam posisi belum begitu normal, sehingga jalan agak lama terengah-engah, naik tangga terengah-engah, tapi kata dokter ini adalah proses penyembuhan. Jadi jangan khawatir," ungkap Edhy.

Edhy menjelaskan, kunci kesembuhan yang paling utama adalah menjaga pikiran agar tidak stres. Dengan demikian kesembuhan dapat diraih.

"Satu hal yang menyelamatkan kita adalah psikis kita. Jadi, kita harus tetap semangat gembira, tapi juga waspada," tuturnya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar