Diisukan Bangkrut, Begini Cara Pemerintah Timor Leste Kelola Uang

Selasa, 29/09/2020 14:48 WIB
Warga Timor Leste (YouTube/TIMOR NEWS)

Warga Timor Leste (YouTube/TIMOR NEWS)

Jakarta, law-justice.co - Beberapa waktu lalu, negara Timor Leste diisukan mengalami kebangkrutan. Terkait hal itu, banyak wacana yang muncul, termasuk negara tesebut akan kembali bersatu dengan Indonesia.

Isu kebangkrutan tersebut pantas mencuat ke publik. Hal itu berdasarkan apa yang disampaikan oleh media Asutralia Abc.net.au yang membongkar kebobobrokan pemerintah Timor Leste dalam mengelola keuangan negara. Menurut media Australia tersebut, pemerintah Timor Leste kerap menggunakan uang untuk proyek yang tak bermanfaat dan mubazir.

Hal itu bahkan membuat media Australia tersebut keheranan dengan negeri kecil tersebut, yang dengan mudahnya membelanjakan uang negara.

Pada 2019, misalnya ABC News menyoroti pembangunan bandara Internasional Timor Leste, yang dibuka sejak 2017. Bandara itu dibangun dengan biaya sekitar 120 juta dollar AS, atau sekitar 1,2 triliun.

Tetapi miris, bandara itu hanya memiliki 1 jadwal penerbangan dalam sehari, hal itupun berlansung sejak 2017 menurut berita tahun 2019.

Jumlah penumpangnya pun hanya kisaran belasan orang, dan pemandangan sepi sunyi adalah hal umum di bandara itu. Ruang tunggu yang kosong, meja check-in yang tidak ada staf, mesin sinar X di imigrasi yang dimatikan.

"Kami tidak yakin apa yang ada dalam benak pemerintah, ketika mereka membangunnya," jelas akademisi RMIT James Scambary, otoritas di Timor Leste.

Bahkan beberapa orang bertanya-tanya mengapa bandara itu dibangun, padahal ada banyak hal yang lebih menguntungkan untuk membelanjakan uang.

Tapi ini bukan satu-satunya proyek pembangunan yang bikin media Australia itu geleng-geleng kepala. Hampir satu meter jauhnya, dari bandara itu, ada proyek super pembangunan jalan yang dibangun oleh konsorsium China.

Nilainya tak main-main, sekitar 500 juta dollar AS atau sekitar Rp7,4 triliun. Jalan raya sepanjang 33 kilometer itu menghubungkan Suai ke jalan tanah bergelombang yang mengarah ke desa kecil yang dikelilingi pertanian.

Ketika musim hujan jalan raya tersebut hampir tidak bisa digunakan. Tanah longsor besar-besaran di salah satu ujungnya sepenuhnya memblokir jalan menuju Timur pada Januari 2019.

Lebih ironis lagi, ada lubang besar yang membuat lalu lintas yang ada mengemudi pada sisi yang salah. Baik bandara maupun jalan raya itu, adalah proyek rugi yang dibangun dengan biaya besar, totalnya mencapai Rp8,6 triliun.

Meski demikian, Timor Leste percaya diri dan menyebut bahwa proyek itu adalah kunci sukses untuk ekonomi jangka panjangnya.

Lubang besar tampak di tengah jalan tersebut.
Kedua proyek infrastruktur tersebut adalah bagian dari proyek Tasi Mane yang dipimpin Xanan Gusmao.

Sementara itu, pendapatan terbesar Timor Leste berasal dari ladang minyak Bayu-Undan yang makin hari makin mengering. Selain itu mereka bertekad untuk membangun ladang minyaknya sendiri, ketimbang begantung pada royalti.

Padahal semua itu akan membutuhkan biaya 16 miliar dollar AS (Rp239 triliun), jumlahnya sama dengan anggaran tahunan untuk menutupi kesehatan, pendidikan, dan layanan penting lainnya.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar