Diplomat RI Dikritik GPAN: Anda Ditipu Perintah Kepentingan Negara

Senin, 28/09/2020 22:15 WIB
Diplomat RI Silvany Austin Pasaribu (Fajar.co.id)

Diplomat RI Silvany Austin Pasaribu (Fajar.co.id)

Jakarta, law-justice.co - Global Pan Africanism Network (GPAN), organisasi internasional untuk hak sipil dan Pan Afrika mengkritik Silvany Austin Pasaribu, Diploma yang mewakili Indonesia di Sidang PBB. Menurut organisasi itu tanggapan yang diwakilkan oleh Silvany dalam perdebatannya dengan perwakilan Vanuatu di Sidang PBB dinilai mengerdilkan prinsip bernegara.

"Jadi Anda dihadirkan sebagai simbol negara, bahwa masalah Papua adalah masalah kecil dan tidak membahayakan kedaulatan negara atau juga pada prinsipnya negara, bisa menyimpulkan bahwa persoalan Papua masih kecil dan tidak berbahaya. Yang menjadi pertanyaan saya, dari masa Narasista hingga Silvany adalah, mengapa masalah Papua dianggap sebagai masalah kecil oleh negara dan selalu dianggap sebagai masalah internal, tidak ada intervensi," ujar salah satu pendiri oraganisasi tersebut, dikutip dari Suara.com, Senin (28/9/2020).

Organisasi tersebut juga mengkritik Silvany tidak memahami sejarah bangsa Papua dan hanya menggunakan prinsip-prinsip kedaulatan, dan non-intervensi. Mereka juga mempertanyakan, kalau memang tidak ada pelanggaran HAM di Papua, mengapa ada pembatasan terhadap siapa saja yang boleh mengunjungi wilayah itu.

"Jika tidak ada kejahatan terhadap kemanusiaan, mengapa jurnalis internasional, LSM internasional dan individu yang ingin meliput Papua tidak diperbolehkan? Jika tidak ada pelanggaran HAM, mengapa negara tidak mengizinkan delegasi Menlu negara-negara Pasifik untuk tidak mengunjungi Wilayah Papua? Jika tidak ada konflik politik, mengapa negara harus memberikan kebijakan otonomi bagi Papua?" ungkapnya.

Organisasi tersebut juga menyinggung metode security approach atau pendekatan keamanan yang telah berlangsung sejak tahun 1965.

"Anda sebenarnya wanita yang baik, hebat, tetapi hati nurani Anda dilecehkan oleh politik dan tipu daya atas perintah kepentingan negara. Pada titik tertentu, Anda akan mengakui bahwa Anda salah," jelasnya.

(Hendrik S\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar