Warga Hitadipa Papua Masih Trauma dengan TNI

Sabtu, 26/09/2020 17:59 WIB
TNI di Papua (Antara).

TNI di Papua (Antara).

Jakarta, law-justice.co - Pasca-penembakan terhadap pendeta Yeremia Zanambani pada Sabtu (19/9/2020) lalu, warga Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua masih mengungsi hingga hari ini karena ketakutan. Aparat TNI diminta keluar dari wilayah itu agar pengungsi mau kembali ke rumah masing-masing.

Salah satu tokoh agama asal Papua, pendeta Pet Done mengatakan masyarakat setempat belum berani pulang karena trauma. Menurutnya, situasi di Distrik Hitadipa khususnya, dan di Intan Jaya masih belum kondusif.

"Masyarakat asli di sana masih mengungsi. Mereka takut, trauma sekali karena distrik itu sendiri banyak dikuasai anggota TNI yang nonorganik itu," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (26/9/2020).

"Mereka meminta anggota TNI harus ditarik dari sana, karena mereka trauma, mereka (TNI) harus tinggalkan daerah itu," tambahnya.

Dia mengatakan distrik itu merupakan kawasan gereja yang dianggap sakral oleh penduduk setempat. Sedikitnya enam gereja di sana saat ini kosong karena para jemaatnya lari ketakutan ke hutan. Dia memperkirakan satu gereja memiliki sekitar 300 orang jemaat.

Sementara menurutnya, kehadiran aparat TNI mempengaruhi psikologi masyarakat. Warga setempat pun meminta agar pos TNI di sana dikosongkan.

"Harus dikosongkan (pos TNI). Masyarakat mengalami tekanan, jadi mereka merasa enggak aman di wilayahnya," ujarnya.

Permintaan itu juga tertuang dalam surat pernyataan sikap Aspirasi Masyarakat dan Jemaat se-Klasis Hitadipa yang dikeluarkan pada Selasa (22/9/2020).

"Bahwa pos TNI yang berada di distrik Hita mohon dipindahkan ketempat yang lain atau dikosongkan. Sebelum pos TNI Hitadipa ditarik, kami para pengungsi tidak akan kembali ke Hitadipa sampai pos TNI ditarik ke kabupaten," dikutip dari pernyataan itu.

Lebih lanjut, mereka juga meminta agar anggota TNI tidak lagi semena-mena dan mengintimidasi masyarakat sipil.

"Kami atas nama 23 gereja memohon kepada Bupati Intan Jaya agar dibangunkan bangunan untuk Klasis Hitadipa," demikian pernyataan mereka.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Letkol Arm Reza Nur Patria belum mau berkomentar terkait permintaan warga agar pos TNI di Hitadipa dipindahkan atau dikosongkan.

"Sementara masih menunggu laporan hasil pendalaman dan investigasi di lapangan, bila ada perkembangan akan disampaikan," kata Reza kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat saat diminta tanggapan terkait hal ini, Sabtu (26/9).

Hingga saat ini, perkara tewasnya Pendeta Yeremia masih belum menemukan titik terang. Sebelumnya TNI mengklaim pendeta Yeremia ditembak anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Sementara itu kelompok TPNPB-OPM yang disematkan sebutan KKB justru menuding balik bahwa prajurit TNI lah yang menembak pendeta tersebut.

Dalam perkembangannya, TNI dan Polri menyatakan akan melakukan penyelidikan menyeluruh terkait insiden penembakan itu.

Sementara, pihak keluarga dari pendeta Yeremia Zanambani menduga kuat pelaku penembakan itu adalah anggota TNI.

"Benar Bapa Yeremia ditembak oleh TNI, kami kenal karena ada 1 anggota TNI Atas Nama Alpius, dia anggota Koramil Hitadipa yang kami anggap anak kami bersama mereka," kata pihak keluarga Yeremia.

(Hendrik S\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar