Disebut Serang Islam, DW Indonesia Beri Penjelasan

Sabtu, 26/09/2020 11:22 WIB
Anak diajarkan pakai jilbab sejak kecil (tribunnews)

Anak diajarkan pakai jilbab sejak kecil (tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Hasil liputan dari media DW Indonesia dinilai menyerang Islam. Hal itu terkait konten video yang mengulas tentang dampak buruk anak dipaksa memakai jilbab sejak kecil.

Menurut anggota DPR Fadli Zon, liputan yang ditayangkan oleh DW Indonesia itu sebagai bentuk dari sentimen ketakutan akan Islam.

“Liputan ini menunjukkan sentimen “islamofobia” dan agak memalukan untuk kelas dwnews,” katanya melalui cuitan di akun Twitternya @fadlizon seperti dikutip law-justice.co, Sabtu (26/9/2020).

<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="in" dir="ltr">Liputan ini menunjukkan sentimen “islamofobia” n agak memalukan utk kelas <a href="https://twitter.com/dwnews?ref_src=twsrc%5Etfw">@dwnews</a> . <a href="https://t.co/zW0cujrRdy">https://t.co/zW0cujrRdy</a></p>&mdash; FADLI ZON (IG: fadlizon) (@fadlizon) <a href="https://twitter.com/fadlizon/status/1309474446353129472?ref_src=twsrc%5Etfw">September 25, 2020</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>@dw_indonesia.

Pernyataan senada disampaikan mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Wakil Ketua Umum Partai Gelora itu menyebut seorang anak harus mengetahui identitas dirinya sejak kecil agar pandai bergaul saat tumbuh dewasa.

“Pendidikan usia dini penting mengajarkan identitas “siapa aku” agar kita pandai bergaul dengan “siapa kamu”. Gagal mengajarkan identitas bikin orang galau pada usia tua. Inilah akar dari kegagalan menyimpulkan “siapa kita” dengan baik. #BhinekaTunggalIka,” kata Fahri melalui akun Twitternya.

Fahri menyebut orang menjadi teroris bukan karena diajarkan identitas diri sejak usia dini.

“Orang tidak toleran bukan karena pendidikan usia dini yang mengajarkan identitas. Justru yang menjadi teroris ekstrem itu karena tidak punya konsep diri. Inilah penyakit kaum radikal kiri dan kanan, tidak percaya diri lalu serang identitas orang lain,” kata Fahri.

Menanggapi pernyataan yang disampaikan oleh Fadli dan Fahri tersebut, DW Indonesia pun memberi penjelasan. Ia menyebutkan bahwa konten video yang dibuatnya sudah berimbang.

“Terima kasih atas perhatian Anda pada konten video DW Indonesia, yang menurut kami sudah berimbang, imparsial dan akurat. DW mendorong kebebasan berpendapat dan diskusi terbuka, selama sifatnya adil dan tidak diskriminatif atau berisi hinaan terhadap siapa pun,” kata DW Indonesia melalui akun Twitternya @dw_indonesia.

<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="in" dir="ltr">Terima kasih atas perhatian Anda pada konten video DW Indonesia, yang menurut kami sudah berimbang, imparsial dan akurat. DW mendorong kebebasan berpendapat dan diskusi terbuka, selama sifatnya adil dan tidak diskriminatif atau berisi hinaan terhadap siapa pun.</p>&mdash; DW Indonesia (@dw_indonesia) <a href="https://twitter.com/dw_indonesia/status/1309540060392501249?ref_src=twsrc%5Etfw">September 25, 2020</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar