Hati-hati, PKI Disebut Pandai Menyusup

Rabu, 23/09/2020 17:39 WIB
Ilustrasi PKI. (Tribunnews)

Ilustrasi PKI. (Tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Meski secara organisasi partai sudah dilarang di Indonesia, perbincangan soal Partai Komunis Indonesia (PKI) masih terus berlangsung. Hal yang paling seru diperbincangkan adalah soal pengikutnya.

Dan menurut pengamat militer Prof Salim Said, komunisme sebenarnya sudah bangkrut. Ini dilhat dari beberapa negara penganut paham komunis seperti Uni Soviet (Rusia), Tiongkok, Cekoslovakia, saat ini tidak ada lagi bekasnya.
"Di Ceko itu menarik. Partai komunis enggak dibubarkan, ketuanya sudah tua. Saya tanya masih ada anggota anda? Dia bilang orang tua, enggak ada anak muda lagi," kata Prof Salim dalam Channel Youtbube Hersubeno Arief.

Partai komunis di Tiongkok tidak dibubarkan karena belajar dari pengalaman Uni Soviet. Uni Soviet, kata Salim, saat melakukan reformasi, dia membubarkan partai Komunis. Sedangkan di Tiongkok, partai dipakai untuk mengendalikan masyarakat tetapi sudah tidak ada itu ideologi komunis.

"Masih ingat ucapan Deng Xiaoping, tidak penting kucing itu hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus, itu lah filsafat yang dijalankan Tiongkok," terang mantan Dubes Ceko ini.

Sekarang, kata Salim, kenapa di Indonesia ramai soal PKI. Itu lantaran tidak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah Indonesia.

Menurut dia, sejarah Indonesia menunjukkan bahwa PKI itu sebenarnya tidak pernah berkuasa tetapi ikut berkuasa karena ada doktrin nasakom. "Jadi PKI itu pandai betul menyusup," cetusnya.

Salim mengatakan, kehadiran PKI itu menjadi penting di masa pemerintahan Soekarno. Ketika PKI sudah dikejar-kejar setelah Gestapu, Bung Karno masih melindungi PKI. Bukan karena Bung Karno komunis tetapi dia punya doktrin persatuan yang namanya nasakom.

"Nasakom ini sejarahnya panjang. Kalau pelajari sejarah politik Bung Karno obsesi terbesar yaitu persatuan. Nah nasakom ini kan persatuan. Ide itu muncul tahun 1926," ujarnya.

kata dia, Bung Karno waktu itu, sampai pada pemikiran Indonesia selalu dijajah oleh kolonia karena bangsa ini tidak bersatu. Kemudian dibikinlah gagasan persatuan Islam, nasionalis dan PKI.

"Tidak ada masalah waktu itu. Secara internasional tidak ada perang dingin, domestik juga tidak ada masalan. Bahkan banyak orang PKI itu tokoh-tokoh Islam tadinya, jadi enggak ada masalah," terangnya.

Setelah kembali ke UUD 1945 dan adanya Dekrit Presiden tahun 1959, gagasan Bung Karno dikembangkan lagi yang menganut ideologi nasakom tanpa menyadari bahwa Indonesia tidak lagi berada di zaman 1926. Ketika tidak ada pengalaman konflik di dalam negeri dengan komunis.

"Zaman dekrit itu kita sudah melalui periode berdarah-darah. Ada periode pemberontakan Madiun yang selalu disembunyikan oleh PKI. Ketika nasakom sudah berkembang orang enggak berani lagi ngomong mengenai Madiun dan di Bali itu," paparnya.

Setelah Gestapu, Bung Karno tetap mempertahankan, tidak mencabut nasakom, tidak mengeritik nasakom dan tidak pernah membubarkan PKI. Apa yang terjadi pada periode itu menurut Salim perlu diingat. Sebab itu jadi dasar untuk bicara soal PKI sekarang ini.
"Tidak banyak yang mempelajari dengan seksama tokoh-tokoh mahasiswa tahun 66 yang berdemo melawan PKI. Kemudian melawan Bung Karno, dan yang lebih penting lagi mendesak Soeharto ambil alih kekuasaan," tutupnya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar