Tak Berani, Ini Bukti China Takut Perang dengan Negara Lain

Rabu, 23/09/2020 14:40 WIB
Presiden Joko Widodo dan Presiden China, Xi Jinping (scmp.com)

Presiden Joko Widodo dan Presiden China, Xi Jinping (scmp.com)

Jakarta, law-justice.co - Persaingan antara China dengan Amerika Serikat (AS) belakangan ini diprediksi akan memunculkan perang terbuka. Namun, prediksi tersebut sepertinya salah karena Presiden China Xi Jinping menegaskan negaranya tak berniat untuk perang.

Jinping bahkan mengaku tak akan melakukan perang dingin ataupun konforntasi dengan negara lain di dunia. Hal itu disampaikannya dalam sebuah pernyataan video yang direkam sebelumnya dalam pertemuan pemimpin dunia secara virtual di PBB. Agenda tahunan tersebut terpaksa dilakukan secara virtual karena pandemi corona (Covid-19).

"Kami akan terus meminimalkan perbedaan dan menyelesaikan perselisihan dengan yang lain melalui dialog dan negosiasi," katanya seperti dilansir dari cnbcindonesia, Rabu (23/9/2020).

"Kami tidak akan berusaha untuk hanya mengembangkan diri kami sendiri atau terlibat dalam permainan zero sum."

Hubungan antara China dan AS makin panas setelah Covid-19 merebak ke seluruh dunia. Presiden AS Donald Trump kerap kali menuduh Beijing tak transparan yang akhirnya membuat wabah semakin parah.

Dalam kesempatan itu, Xi juga menyindir Presiden AS Donald Trump soal peran WHO. Sebagaimana diketahui mantan pebisnis itu telah mengumumkan rencana Paman Sam meninggalkan lembaga kesehatan yang berbasis di Jenewa itu.

Ia menuding WHO bonek China. Klaim yang kemudian dibantah organisasi PBB itu.

"Menghadapi virus harus dengan meningkatkan solidaritas dan melalui ini bersama-sama," katanya lagi.

"Setiap upaya untuk mempolitisasi masalah atau stigmatisasi harus ditolak."

Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada 193 anggota Majelis Umum bahwa segala sesuatu harus dilakukan guna menghindari Perang Dingin. Hal itu, kata dia, sangat berbahaya.

"Dunia kita tidak mampu memiliki masa depan di mana dua ekonomi terbesar membelah dunia dengan sangat parah," katanya.

"Risiko kesenjangan teknologi dan ekonomi pasti berubah menjadi perpecahan geo-strategis dan militer. Kita harus menghindari ini dengan cara apa pun."

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar