dr. Tirta Blak-blakan soal Rapid Test: Jujur Aja, Pure Ini Bisnis!

Rabu, 23/09/2020 09:40 WIB
dr. Tirta (Dokumentasi dr. Tirta/Instagram)

dr. Tirta (Dokumentasi dr. Tirta/Instagram)

Jakarta, law-justice.co - Seorang dokter yang juga merupakan pengusaha, Tirta Mandira Hudhi yang akrab disapa dr Tirta benar-benar resah dengan kondisi saat ini terkait Covid-19.

Ada tujuh hal yang membuatnya tidak bisa tidur dan akhinya menuliskannya di akun Instagramnya, Rabu (23/9/2020) dini hari. Salah satu yang disorotinya adalah tentang rapid tes.

“Enggak bisa tidur, gatal buat nulis, toh pagi nanti saya masih rapat relawan. Ayok. Kita bahas masalah demi masalah yang mengganjal di mata saya. 7 bulan sudah info lumayan dan lengkaplah. Rapid Test : Bisnis/gimmick/solusi? Silahkan anda nilai sendiri,” tulisnya di akun instagram pribadinya.

Poin pertama, Tirta menyebutkan pada Maret 2020, tiba-tiba muncul statement “alat test Covid” yang ternyata rapid test berbasis serology, yang sebenernya itu screening test. Enggak bisa dijadikan patokan Covid.

Kemudian, Persatuan Dokter Lab, tidak merekomendasikan rapid, alih-alih harusnya perbanyak PCR Swab Test agar bisa cepat.

“(Ketiga), rapid test tiba-tiba dibuat sebagai syarat semua kerjaan, administrasi, transportasi dkk. Tapi warga disuruh bayar sendiri? Logis? Rapid test serology disamain kayak SKCK bung!,” tandasnya.

Poin keempat pada Mei 2002, dijelaskan Tirta harga rapid test di angka Rp300-400 ribu. Tiba-tiba sekarang Rp100-150 ribu doang.

“Kok iso? Lha kalau sekarang bisa murah? Sekarang bisa murah? Terus dulu-dulu mahal, itu gimana? Berarti harga modal sejatinya rendah, tapi karena enggak ada batasan harga eceran tertinggi, jadinya mahal. Jujur aja, pure ini bisnis! Ada ceruk laba yang diambil di sini! Ayok, pembelian rapid harus diaduit! Berani enggak?,” tegasnya.

Selanjutanya, pada poin kelima, Tirta mengajak semuanya bersuara soal kejanggalan rapid test.

“Rapid test serology hasilnya berlaku sampai 14 hari stelah rapid. Padahal false positif dan negatif tinggi. Apa yang menjamin kalau rapid saya negatif, terus test berlaku 14 hari, padahal 14 hari saya keliling-keliling, terus tetap aman gitu? Atau buat ayem-ayem aja? Jujur bos!,” tandasnya.

“Rapid test serology. Saya yakin suatu saat harus diaudit, kenapa kok enggak ambil swab PCR aja yang jelas gold standard. Dan kasih gratis ke semua warga di wilayah redzone. Ini baru satu hal selama saya di lapangan selama tujuh bulan,” tegasnya.

“Belum tentang APD lokal, influencer bayaran untuk branding pariwisata, yang jelas-jelas ada gerakan batasin jalan-jalan, eh malah muncul influencer pariwisata branding sok-sok aman. Influencer pariwisata jalan-jalan dan kita sengsara di sini! Woi ngapain promo jalan-jalan pandemi woi! Katanya di rumah aja, sok aman,” bebernya.

Pada unggahan lainnya, Tirta juga memperkuat pernyataannya soal rapid test bagian dari bisnis. Dia menunjukkan pesan dari seseorang ke dirinya yang menawarkan alat rapid test.

Penawaran itu dikirimkan ke dirinya pada bulan April 2020. “Enggak sia-sia ane gerak 7 bulan. Di April rapid harga gila-gila-an. Sekarang? Berapa? Gue bahkan sudah punya data lengkap siapa saja yang menawarin gue rapid dari April-Juli. Tipis tipis kita goreng,” sebutnya.

“Sejak April, gue menerima tawaran gini banyak banget bos. Gue diamin. Dulu Rp500-an ribu. Sekarang Rp95.000 itu enggak laku apa gimane? Mentang-mentang gue relawan, lu mau dagang rapid gitu ke gue? Kok gampang banget ya rapid dijual bebas? Buka mata hati lu semua,” pungkasnya.

 

 
 
 
View this post on Instagram

Ga bisa tidur, gatel buat nulis, toh pagi nanti saya masih rapat relawan. Ayok. Kita bahas masalah demi masalah yg mengganjal di mata saya. 7 bulan sudah info mayan lengkap lah • RAPID TEST : BISNIS / GIMMICK / SOLUSI? SILAKAN ANDA NILAI SENDIRI • 1. Maret 2020, tiba2 muncul statement “alat test covid” yg ternyata rapid test berbasis serology, yg sebenernya itu screening test. Ga bisa dijadikan patokan covid • 2. Persatuan dokter lab, tidak merekomendasikan rapid, alih2 harusnya perbanyak PCR SWAB TEST agar bisa cepet • 3. Rapid test tiba2 dibuat SEBAGAI SYARAT SEMUA KERJAAN, ADMINISTRASI, TRANSPORTASI DKK. TAPI WARGA DISURU BAYAR SENDIRI? LOGIS? RAPID TEST SEROLOGY DISAMAIN KAYA SKCK BUNG ! • 4. April mei harga meroket di angka 300-400 rebu. Tiba2 skrng 100-150 doank. Kok iso? Lha kalo skrng bisa murah? Trus dulu2 mahal, itu gimana? Brarti harga modal sejatinya rendah, tapi karena ga ada batasan HARGA ECERAN TERTINGGI, JADINYA MAHAL. JUJUR AJA, PURE INI BISNIS ! ADA CERUK LABA YG DIAMBIL DI SINI ! AYOK PEMBELIAN RAPID HARUS DI AUDIT ! :) BRANI GA? • 5. Ayolah. Suarakan saja. Rapid test serology hasilnya berlaku sampai 14 hari stelah rapid. Padahal false positve dan negative tinggi. Apa yg menjamin kalo rapid saya negatif, terus test berlaku 14 hari, padahal 14 hari saya keliling2, trus ttp aman gitu? Atau buat ayem2 aja? JUJUR BOS ! • 6. rapid test serology. Saya yakin suatu saat harus Diaudit, kenapa kok ga ambil swab pcr aja yg jelas gold standard. Dan kasi gratis KE SEMUA WARGA DI WILAYAH REDZONE • Lanjutan besok. Ini baru 1 hal selama saya di lapangan selama 7 bulan • Belum tentang APD LOKAL, INFLUENCER BAYARAN UNTUK BRANDING PARIWISATA, yg jelas2 ada gerakan batesin jalan2, eh malah MUNCUL INFLUENCER PARIWISATA BRANDING SOK SOK AMAN

A post shared by Cipeng | TIRTA (@dr.tirta) on

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar