India dalam Bahaya, Kasus Tembus 5 Juta dan Kekurangan Tabung Oksigen

Rabu, 16/09/2020 17:43 WIB
Warga India. (Liputan6)

Warga India. (Liputan6)

Jakarta, law-justice.co - Kasus Covid-19 di seluruh dunia terus melonjak tajam. Hingga Rabu (16/9/2020) pasien Covid-19 di dunia sudah mencapai 29,7 juta orang.

Namun, dari sekian negara, seperti dilansir dari BBC, India menjadi negara yang kondisinya dalam bahaya. Sebab, saat ini kasusnya sudah tembus 5 juta, tapi di sisi lain mengalami kekurangan tabung oksigen.

India kini menjadi negara kedua setelah Amerika Serikat dalam jumlah kasus posirtif Covid-19. Kasus harian di India bahkan bertambah 90 ruibu selama lima hari terakhir.

Lebih dari 80 ribu orang tewas, sementara tempat tidur di ruang perawatan intensif dan persediaan oksigen dilaporkan menipis. Namun, angka kematiannya lebih rendah daripada di banyak negara dengan beban kasus yang tinggi.

Meningkatnya infeksi ini terjadi saat pemerintahan Narendra Modi terus mencabut pembatasan di seluruh negeri demi menggenjot ekonomi. Yang terbaru adalah dibukanya kembali pusat kebugaran, sedangkan sekolah, perguruan tinggi, dan bioskop tetap tutup.

Namun, sebagian besar kantor dan pasar sudah kembali normal. Selain itu, banyak kota mengizinkan restoran dan bar kembali menyajikan minuman keras yang kemungkinan akan menambah jumlah pengunjung.

Sementara itu, AS masih bertahan di peringkat tertinggi dengan jumlah kasus positif 6.788.147. Presiden Donald Trump pun menuai perhatian setelah membantah meremehkan Covid-19. Ia mengaku telah dipermainkan.

Saat berpidato di Capitol Hill pada 10 Maret, orang nomor satu di AS itu mengimbau untuk tetap tenang lantaran virus corona akan pergi begitu saja. Sembilan hari kemudian, setelah Gedung Putih menetapkan status darurat nasional, Trump mengaku lebih suka menganggapnya enteng agar masyarakat tak panik.

Namun, hal yang berbeda dikatakannya pada Selasa (15/9) di hadapan para pendukungnya di Philadelphia, Pennsylvania.

"Saya tidak meremehkannya. Saya bahkan serius dalam bertindak. Tindakan saya sangat kuat," tegasnya.

Ia kemudian menyebut larangan kunjungan dari China dan Eropa di awal tahun ini. Menurutnya, jika tak diberlakukan larangan itu, akan lebih banyak nyawa yang melayang.

Di sisi lain, kabar baik datang dari Melbourne, Australia. Pasalnya, catatan rata-rata kasus positif dalam 14 hari ini kurang dari 50. Artinya, jumlah tersebut telah memenuhi ambang batas untuk memulai tahap pembukaan kembali. Namun, angka ini harus terus bertahan di bawah 50 hingga 28 September agar pelonggaran bisa dilakukan.

Jika angka ini terus di bawah 50 kasus, lokasi konstruksi, pabrik, gudang, dan fasilitas penitipan anak bisa kembali dibuka. Meski begitu, jam malam akan tetap diberlakukan dan warga hanya boleh bepergian maksimal 5 km dari rumah mereka.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar