Hingga 2041, PT Freeport Indonesia Berinvestasi 14,7 Triliun per Tahun

Sabtu, 05/09/2020 09:11 WIB
Presiden Jokowi dan Freeport (sindonews)

Presiden Jokowi dan Freeport (sindonews)

Jakarta, law-justice.co - Rencana investasi jangka panjang PT Freeport Indonesia (PTFI), anak usaha Mining Industry Indonesia (MIND ID) begitu besar. Rencananya, PTFI akan berinvestasi US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,7 triliun (kurs Rp 14.700 per US$) per tahun hingga 2041.

Tujuannya adalah untuk mempertahankan produksi hingga akhir izin operasional tambang itu. Saat ini Freeport masih dalam proses transisi tambang bawah tanah, di mana targetnya akan beroperasi penuh mulai 2022 dan akan berakhir pada 2041.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan tambang bawah tanah Freeport mulai dibangun sejak 2004 dan menjadi tambang yang siap diproduksi dalam jangka panjang.

"15 tahun yang lalu kita mulai (tambang bawah tanah), sekarang baru memetik hasil, US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 14,7 triliun (kurs Rp 14.700 per US$) per tahun investasinya sampai 2041," katanya dalam sebuah webinar di Jakarta seperti dilansir dari cnbcindonesia.com Jumat (4/9/2020).

Dia mengatakan produksi tembaga pada tahun ini baru mencapai 60% dari total kapasitas yakni hampir 800 juta pound untuk tembaga dan emas 820 ribu ons. Produksi akan semakin meningkat pada 2022 ketika tambang bawah tanah sudah mencapai kapasitas penuh yakni menjadi 1,6 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ons emas.

"Pada 2023 akan naik sedikit," ujarnya.

Dia pun menyebut bahwa cadangan di pertambangan bumi Papua itu tak main-main jumlahnya. Bahkan menurut Tony, cadangannya bisa ditambang hingga 2052.

Sebab menurutnya, total cadangan mencapai 1,3 miliar ton bijih dan sumber daya mencapai 2 miliar ton. Namun menurutnya, PTFI tidak akan melakukan eksplorasi lebih jauh, hanya melakukan eksplorasi kecil untuk pelengkap, karena terkait izin (IUPK) yang diperoleh hanya sampai 2041.

"Karena izinnya cuma sampai 2041, makanya tidak melakukan eksplorasi lanjutan atas sumber daya alam di bawahnya," ungkapnya.

Dia menambahkan, jika nantinya seluruh tambang sudah beroperasi, PTFI akan menjadi tambang terbesar di dunia. Ada dua hal yang menurutnya menjadi tantangan bagi beroperasi PTFI ini.

Pertama adalah ore atau bijih yang sifatnya basah dan bisa terjadi luncuran lumpur basah, sehingga pengelolaan dan penanganan harus sangat hati-hati. Kedua yaitu seismik yang sering terjadi. Sebab menurutnya ada beberapa drop point yang memang diledakkan untuk tujuan penambangan.

"Namun semua ini bisa diatasi," ujarnya.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar