Hadapi Bahaya Ekstrem, Paus Fransiskus Cium Bendera Lebanon

Rabu, 02/09/2020 22:49 WIB
Imam tertinggi Umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus. (iNews)

Imam tertinggi Umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus. (iNews)

Jakarta, law-justice.co - Sri Paus Fransiskus menggelar audiensi publik di depan umum untuk pertama kalinya dalam 6 bulan terakhir. Pemimpin Umat Katolik tersebut tampak tersenyum dan mengobrol ketika dia muncul kembali dari penguncian selama wabah Covid-19.

Para jemaat yang hadir diperiksa suhu tubuhnya ketika hendak memasuki Vatikan dan hampir semua orang, termasuk Garda Swiss yang memakai seragam, memakai masker. Sebanyak kurang lebih 500 orang duduk dalam kursi yang telah diatur untuk memastikan jaga jarak fisik.

"Setelah berbulan-bulan, kami melanjutkan pertemuan kami secara tatap muka dan bukan layar ke layar, tatap muka, dan ini indah," ujarnya, dilansir Kompas.com, Rabu (2/9/2020).

Paus Fransiskus jelas menikmati momen ketika dia berjalan melewati para jemaat yang saling mendorong di balik batas penghalang. Paus juga sering berhenti untuk berbicara dengan mereka dari jarak satu hingga dua meter.

Paus terakhir kali mengadakan audiensi dengan kerumunan publik pada awal Maret. Setelah itu, pandemi virus corona memaksanya untuk mengadakan audiensi virtual yang dilakukan dari perpustakaan resmi kepausan melalui televisi atau internet, sebuah pengalaman yang dia sebut seperti "dipingit". Dia memberkati anak-anak dari kejauhan saat dia melewati jalan menuju mimbar untuk menyampaikan amanatnya.

Sri Paus Fransiskus tampak bersemangat karena kehadiran para jemaat meskipun angkanya jauh dari puluhan ribu orang yang biasanya memadati Lapangan Santo Petrus.

Paus Fransiskus mencium bendera Lebanon yang diserahkan kepadanya oleh seorang pastor Lebanon, Georges Breidi dan menundukkan kepalanya untuk mengucapkan doa hening bagi negara itu, yang masih belum pulih dari insiden ledakan masif di pelabuhan dan menelan banyak korban jiwa.

Di akhir audiensi, dia mengundang pastor itu ke depan untuk mengibarkan bendera saat Paus menyerukan perdamaian dan dialog di Lebanon.

Dia mengumumkan bahwa Jumat, 4 September akan menjadi hari doa dan puasa untuk Lebanon dan bahwa dia mengirim Menteri Luar Negeri, Kardinal Pietro Parolin, ke Beirut pada hari itu untuk mewakilinya. Pada kesempatan itu, Paus juga mengundang penganut agama lain untuk berpartisipasi.

"Lebanon tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Ketulusan dan transparansi, tanpa terlibat dalam ketegangan regional."

 

(Hendrik S\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar