Pembakaran Al Quran di Swedia, Sikap Islamofobia yang Buruk

Selasa, 01/09/2020 20:15 WIB
Ilustrasi pembakaran.(Republika)

Ilustrasi pembakaran.(Republika)

[INTRO]

Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengecam keras tindakan pembakaran Al Quran dan penghinaan kepada Nabi Muhammad yang dilakukan kelompok orang yang menamakan diri Stop Islamization of Norway  di dekat parlemen Norwegia pada Sabtu (29/8/2020).

Melalui akun Twitter @HaedarNs, dikutip Suara.com, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan aksi demonstrasi anti-Islam di Norwegia yang berakhir ricuh itu menunjukkan sikap Islamofobia yang sangat buruk di era modern yang semestinya menjunjungtinggi perbedaan agama, ras, suku bangsa, dan golongan apapun.

Sebelumnya, pembakaran Al Quran dan penghinaan terhadap Islam juga terjadi di Swedia hari Jumat yang lalu, yang juga berakhir rusuh.

Ironinya, kata dia, tindakan intoleran terhadap Islam di Swedia dan Nurwegia tersebut terjadi di negara yang selama ini pada setiap memberikan Hadiah Nobel berupa penghargaan atas usaha-usaha perdamaian dan kemanusiaan. Swedia bahkan negeri Alfred Nobel, sang penggagas Hadiah Nobel.

Itu sebabnya, Muhammadiyah berharap dan menghargai tindakan tegas pihak berwenang atas perbuatan anarkis dan intoleran di kedua negeri tersebut.

Muhammadiyah menghargai negara-negara Islam dan pihak lain yang menyampaikan protes atas tindakan anarkis terahadap Islam tersebut sesuai proporsi dan protokol hubungan antarbangsa dan antarnegara yang menghargai hak asasi dan hak demokrasi umat beragama.

Agama dan umat beragama memiliki hak hidup di negeri manapun, lebih-lebih di negeri demokrasi.

Bersamaan dengan itu Muhammadiyah mengimbau dan mengajak kepada mayarakat muslim di dunia Islam, khususnya di Indonesia agar tetap tenang dan dewasa dalam menyikapi peristiwa di Swedia dan Nurwegia itu secara damai, proporsional, dan elegan.

Seraya menghindari reaksi berlebihan dan tindakan yang tidak mencerminkan karakter Islam yang menjunjungtinggi perdamaian dan nilai-nilai luhur kehidupan.

Dalam pernyataan resmi Muhammadiyah disebutkan Islamofobia di Eropa dan negeri Barat menguat kembali akhir-akhir ini. Hal itu tidakkah benar dan harus dicegah. Islamofobia terjadi dengan sejumlah motif dan keadaan.

Pertama, terbawa arus sentimen dan ketakutan terhadap Islam yang berlebihan dan sudah menyebar serta menjadi luas di Eropa yang kian hari terus bertambah kuat kecenderungannya.

Kedua, reaksi negatif atas apa yang boleh jadi mereka tangkap secara bias atau salah terhadap fenomena ISIS, terorisme, dan sejenisnya di dunia Islam atau di sejumlah negara yang sering bercampur antara realitas dan bias.

Ketiga, ekspresi demokrasi liberal di negara-negara Barat, yang memberi kebebasan segala bentuk ekspresi hak, yang tentu saja tidak mencerminkan keadaban dunia modern, demikian disampaikan Muhammadiyah.

(Ricardo Ronald\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar