Faisal Basri: Pertamina Rugi Gara-Gara Pemerintah Tak Bayar Utang!

Selasa, 01/09/2020 13:48 WIB
Faisal Basri, ekonom senior  (Radar-palembang.com)

Faisal Basri, ekonom senior (Radar-palembang.com)

Jakarta, law-justice.co - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri membeberkan penyebab kerugian PT Pertamina (Persero) sebesar Rp11 triliun pada Semester I-2020.

Kata dia, kerugian itu diduga karena pemerintah tak melunasi utang kepada BUMN migas itu.

Menurut dia, kerugian Pertamina bukan hanya disebabkan faktor bisnis, melainkan utang pemerintah kepada pemerintah berperan besar menentukan kerugian.

Biasanya, kata Faisal, BUMN seperti Pertamina dan PLN memperoleh pelunasan utang dari pemerintah dan kemudian dimasukkan dalam laporan laba rugi. Masalahnya saat ini pemerintah menunggak utang tersebut.

"Piutang ke pemerintah itu sudah masuk ke kas Pertamina itu berarti Pertamina tidak rugi, Anda (pemerintah) utangnya kira-kira Rp45 triliun, ruginya Rp11 triliun, di zamannya Sofyan Basir (eks Dirut PLN) piutang kepada pemerintah itu dimasukkan ke dalam laba sehingga Pertamina nya untung, nah Desember (2020) kemarin cashflow tidak ada, jadi tidak bisa bayar utang," ujar Faisal dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR seperti melansir inews.id, Senin 31 Agustus 2020 kemarin.

Faisal mengkritisi kedisiplinan fiskal pemerintah. Menurut dia, munculnya piutang pemerintah kepada BUMN akibat tidak ada disiplin fiskal karena selisih harga atau subsidi yang dibayarkan pemerintah tak tercatat dalam APBN.

"Jadi, tidak ada disiplin fiskal makin terjadi off budget. Oleh karena itu, kita hilangkan istilah yang aneh-aneh ini, yang namanya kompensasi. Pemerintah boleh melakukan apa saja, menentukan harga lebih rendah dari ongkos, ndak apa apa, tapi selisihnya itu dimasukkan ke APBN, dibicarakan ke DPR untuk dimasukan ke APBN dan dipertanggungjawabkan secara politik, karena ini merupakan tindakan politik," tuturnya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar