Curhatan Sri Mulyani Kerap Jadi Korban Media

Sabtu, 22/08/2020 14:46 WIB
Menkeu Sri Mulyani (Alinea)

Menkeu Sri Mulyani (Alinea)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencurahkan isi hatinya disaat era kekinian dimana keterbukaan informasi dan perkembangan teknologi malah menimbulkan ironi. Bagi dia, dalam arus informasi yang serba cepat, tak menjamin semua orang dapat menjaringnya dengan benar.

"Ironinya dengan keterbukaan informasi dan akses yang luar biasa, tidak menjamin publik menjadi lebih well educated dan well informed," ujarnya saat menjadi keynote speaker di kongres kedua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), dikutip dari Suara.com, Sabtu (22/8/2020).

Selain itu, Sri Mulyani juga menyinggung ihwal click bait di dalam media massa. Pada era kekinian, banyak sekali berita yang mengutamalan click bait demi meraih sebanyak mungkin pembaca.

"Ada disinformasi yang di-mainstream-kan. Performance indicators-nya berdasarkan klik dan klik itu selalu di judulkan dengan yang bombastis," katanya.

Sri Mulyani mengaku kerap menjadi `korban` berita-berita dengan judul click bait. Kata Sri Mulyani, padahal dirinya merasa tidak pernah membicarakan suatu hal namun ternyata ada beritanya.

"Saya sering menjadi victim gitu jadi judulnya apa isinya apa. Rasanya saya ngomong kayak gini kenapa jadi begitu ya judulnya," katanya.

Upaya memerangi disinformasi, misinformasi, ujaran kebencian, dan hoaks, lanjut Sri Mulyani, adalah tantangan yang besar. Pasalnya, hal-hal tersebut mampu menimbulkan kegaduhan ditengah masyarakat.

"Betapa berbahayanya kondisi suatu negara yang dipenuhi oleh (berita) hate, hoaks atau fake news. Bisa betul-betul membuat masyarakat disoriented dan terjadi pecah belah," ungkapnya.

Sri Mulyani kemudian mencontohkan negara Amerika Serikat. Di negara adidaya yang mengklaim diri sangat menjunjung tinggi nilai demokrasi saja masih kerap kelimpungan dalam menghadapi hal-hal tersebut.

"Mereka yang selama ini mengunggulkan kebebasan, hak pribadi, dan segala macam saja masih kelimpungan benar dengan masalah ini," katanya.

Adapun kongres kedua merupakan forum tertinggi dari AMSI yang telah berusia tiga tahun. Ini merupakan amanat dari anggaran dasar organisasi, sekaligus membahas berbagai persoalan, termasuk suksesi kepemimpinan.

Sedianya, kongres digelar di Surabaya, Jawa Timur, sesuai keputusan rapat pengurus tahun 2019. Namun, gara-gara pandemi covid-19, kongres diputuskan digelar secara virtual tetapi tanpa mengurangi kolektivitas organisasi.

(Hendrik S\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar