Rupiah Hampir Tembus 15.000 per Dollar AS, BI Ungkap Penyebabnya

Rabu, 19/08/2020 17:29 WIB
Ilustrasi nilai tukar rupiah yang anjlok (Medium)

Ilustrasi nilai tukar rupiah yang anjlok (Medium)

Jakarta, law-justice.co - Nilai tukar rupiah terhadap dollar pada hari ini hampir tembus 15.000 per dollar Amerika Seriakt (AS). Pada hari ini, rupiah tertekan ke posisi atas Rp14.900 per dolar AS.

Melansir viva.co,id, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah sempat menyentuh posisi Rp14.917 pada 14 Agustus 2020 dan Rp14.907 per dolar AS pada 18 Agustus 2020.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan kondisi itu disebabkan ketidakpastian pasar keuangan global, terutama terkait hubungan dagang AS dan China maupun terus merebaknya covid-19.

"Nilai tukar rupiah tetap terkendali dengan mekanisme pasar yang berjalan baik, meskipun mulai Juli 2020 melemah dipengaruhi ketidakpastian pasar keuangan global," katanya.

Pada Juli 2020, kata Perry, rupiah mencatat pelemahan atau depresiasi terhadap dolar AS mencapai 2,36 persen secara point to point atau 2,92 persen secara rerata dibandingkan dengan level Juni 2020.

"Dipicu kekhawatiran terhadap terjadinya gelombang kedua pandemi covid-19, prospek pemulihan ekonomi global, dan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global akibat kenaikan tensi geopolitik AS–Tiongkok," jelasnya.

Kekhawatiran yang sama, ucap dia, berlanjut sehingga rupiah pada Agustus 2020 kembali mendapat tekanan, per 18 Agustus 2020 mencatat depresiasi 1,65 persen secara point to point.

"Atau 1,04 persen secara rerata dibandingkan dengan level Juli 2020. Dibandingkan dengan level akhir 2019, Rupiah terdepresiasi 6,48 persen year to date," ungkap Perry.

Ke depan, Perry memandang, nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued didukung inflasi yang rendah dan terkendali.

Selain itu, defisit transaksi berjalan yang rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun. Prospek pemulihan ekonomi dikatakannya juga menguat pada semester II-2020.

"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus menjaga ketersediaan likuiditas, baik di pasar uang maupun pasar valas dan memastikan bekerjanya mekanisme pasar," tutupnya.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar