Pigai: Saya Duga TNI/Polri Juga Banyak yang Tewas, Tapi Tak Diekspos

Selasa, 18/08/2020 20:27 WIB
Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai sebut banyak anggota TNI/Polri yang meninggal akibat perang dengan OPM ( foto; bataraonline.com)

Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai sebut banyak anggota TNI/Polri yang meninggal akibat perang dengan OPM ( foto; bataraonline.com)

Jakarta, law-justice.co - Kematian salah satu pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) bernama Hengki Wamang di Timika, Papua membuat mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai merasa kasihan. Sebab, dia menduga, tak hanya anggota OPM saja yang meninggal, tetapi banyak juga anggota TNI dan Polri yang menjadi korban.

"Di Papua banyak sekali anggota TNI/Polri yang mati ditembak OPM tapi tidak diekspose," katanya kepada law-jsutice.co, Selasa (18/8/2020).

Pigai mengaku sangat sedih ketika mendengar kabar ada yang meninggal, baik itu dari anggota OPM maupun dari aparat keamanan, TNI dan Polri.

"Bahkan di tengah pandemi covid-19 ini saja (Desember 2019-Pebruari 2020), di salah satu tempat disinyalir banyak pasukan elit dan Anggota TNI/Polri tewas ditembak OPM tapi mungkin belum dilaporkan secara benar. Apalagi di area konflik yang banyak," jelasnya.

Melihat fakta yang terjadi di lapangan, aktivis kemanusiaan ini menilai pemerintah tak hadir dalam menciptakan perdamaian di Papua. Karena itu, dia berharap Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberi perhatian penuh terhadap hal ini.

"Saya kira Negara tidak mau hadir ini menjadi problem serius. Ini masalah kemanusiaan, tentu empati lihat nyawa manusia hilang begitu saja, mereka juga punya keluarga yg mau ingin hidup. Ini harus diperhitungkan oleh Presiden Joko Widodo," katanya.

Pigai lantas menyarankan kehadiran negara tidak dalam kekuatan pertahanan tetapi untuk menciptakan erdamaian melalui perundingan. Jika membiarkan konflik bersenjata maka meski TNI/Polri kuat namun banyak juga yang mati di tangan OPM.

"OPM juga sudah berumur 60 tahun lebih, mereka bertahan lama, apalagi sekarang OPM beralih komando dari generasi tua yang mungkin tidak sekolah ke generasi muda yang militan dan terdidik," kata Pigai.

"OPM mengalami transformasi kekuatan gerilya (guerilla strugle) modern, mengerti hukum perang dan humaniter," tutupnya.

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar