Debat Seru Eks Pengacara Habib Rizieq vs Syahganda Soal Deklarasi KAMI

Senin, 17/08/2020 20:31 WIB
Sekretaris Komite Eksekutif KAMI Syahganda Nainggolan  (foto : tigapilarnews.com)

Sekretaris Komite Eksekutif KAMI Syahganda Nainggolan (foto : tigapilarnews.com)

Jakarta, law-justice.co - Tokoh-tokoh yang tergabung dalam Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) berencana untuk mendeklarasiskan KAMI secara resmi pada Selasa (18/8/2020) besok. Rencana itu menimbulkan penolakan dari kubu pemerintah.

Perdebatan antara Sekretaris Komite Eksekutif KAMI Syahganda Nainggolan dan politikus PDIP Kapitra Ampera pun terjadi. Menurut Syahganda, mantan pengacara Habib Rizieq Shihab itu tak paham dengan kondisi ekonomi Indonesia.

Pasalnya, ada pihak dari pemerintahan yang menyebut tokoh-tokoh di KAMI sebagai barisan sakit hati dalam politik. Bagi dia, tudingan tersebut tak masalah.

"Kalau sakit hati kita itu enggak papa asal jangan sakit jiwa. Nah, rezim saya enggak tahu di bagian mana," kata Syahganda seperti dilansir dari viva.co, Senin (17/8/2020).

Dia menyindir pernyataan Kapitra yang bicara kondisi ekonomi nasional saat ini di tengah pandemi covid-19 dengan mengibaratkan seperti Singapura dan Malaysia adalah keliru. Kata dia, Kapitra tak paham persoalan ekonomi nasional yang kuartal kedua minus 5,32 persen.

"Tanpa dia ngerti analisa keluarnya tentang keluar angka 5,32 persen minus atau kontraksi. Hal ini dia enggak ngerti, saya ketawa," kata Syahganda.

Menurut dia, tak bisa membandingkan kondisi Indonesia dengan perekonomian Malaysia dan Singapura. Pernyataan Kapitra adalah menyesatkan. Sebab, Indonesia dinilainya kini terancam resesi dan berujung depresi.

"Karena resesi ini sudah parah ya. Harus diantisipasi jangan sampai mencapai depresi. Ingat ya resesi ke depresi bahaya," jelas Syahganda.

Merespons Syahganda, Kapitra membalas pernyataan aktivis asal Institut Teknolgi Bandung (ITB) itu. Menurut dia, Syahganda berada di antara kategori sakit jiwa dan sakit hati.

Dia bilang sebelum muncul pandemi covid-19, Syahganda bersama koleganya selalu beropini yang mengajak rakyat untuk berpikir jelek tentang pemerintah. Meskipun pemerintah sudah berupaya, namun tetap dipandang buruk oleh kelompok Syahganda.

"Betapapun yang sudah dilakukan pemerintah, sela salah di mata dia," ujar Kapitra.

Kapitra menambahkan keberadaan KAMI berbahaya karena mengajak masyarakat sakit dan membenci pemerintah. Ia tak mempersoalkan pandangan oposisi. Namun, pandangan oposisi ala KAMI berbeda.

"Itu yang bahaya. Kelompok ini ingin menyatakan masyarakat jadi sakit lalu menjadi benci pemerintah. Membangun perlawanan kepada pemerintah. Dan, COVID-19 ini jadi pintu masuk," tuturnya.

Padahal, kata dia, kondisi ekonomi terpuruk bukan hanya Indonesia. Tapi, juga secara global akibat pandemi.

KAMI diinisiasi oleh mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, pakar hukum tata negara Refly Harun, pengamat politik Rocky Gerung, pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy, mantan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) MS Kaban.

Selain itu, ada eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo, mantan penasihat KPK Abdullah Hehamahua, eks Anggota DPR Ahmad Yani, Juru Bicara Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid, Adhie Massardi, hingga mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar