Dikecam BPOM, Luhut Malah Dukung Klaim Obat Herbal untuk Covid-19

Kamis, 13/08/2020 16:00 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan (detik)

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan (detik)

Jakarta, law-justice.co - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan tak pernah mengeluarkan izin bahwa jamu atau obat herbal lainnya sebagai obat untuk atasi covid-19. Namun, hal berbeda justru ditunjukkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Hal itu disampaikannya untuk mendukung upaya pemulihan sektor pariwisata yang dinilai sangat membutuhkan waktu. Luhut mengatakan, paling cepat butuh waktu 10 tahun untuk memulihkannya.

"Sekarang kami sudah buka (sektor pariwisata) Bali dan Banyuwangi. Kami bersyukur, ternyata setelah dua pekan angka covid-19 di Bali menurun," kata Luhut melalui telekonferensi sepeti dikutip dari viva.co, Kamis (13/8/2020).

Luhut mengakui, ada sejumlah inisiatif dari para kepala daerah terkait ramuan-ramuan tradisional berbahan herbal yang kerap dipromosikan oleh sejumlah kepala daerah. Misalnya klaim dari Gubernur Bali, I Wayan Koster yang menyebut bahwa terapi arak Bali bisa menyembuhkan para pasien yang positif covid-19.

"Gubernurnya mengatakan ada herbal daerah, meminum arak dari mereka. Entah benar entah tidak, yang penting (angka covid-19) kelihatan turun. Saya dukung sajalah, jadi itu kearifan sosial masing-masing," kata Luhut.

Hal serupa diakui Luhut juga dilakukan oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang sempat mempromosikan jus herbal berbahan dasar buah manggis untuk penanganan pasien covid-19.

Meskipun banyak pihak menuding jika hal-hal semacam itu merupakan bentuk akal-akalan dari para kepala daerah, demi menekan angka penyebaran covid-19 di wilayah mereka, namun Luhut menganggap jika hal semacam itu hanya merupakan kearifan lokal semata.

"Sama dengan Ibu Risma di Surabaya. Beliau membuat jus dari herbal manggis dan sebagainya, dan ribuan yang sembuh," kata Luhut.

"Yang seperti ini menjadi yang tidak dihitung oleh orang asing bahwa di Indonesia banyak hal yang aneh. Bahkan disebutkan kita membohongi. Tapi kearifan lokal kan suka-suka dia," tutupnya.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar