Jika Indonesia Masuk Jurang Resesi, Gejolak Ekonomi 1998 Terulang?

Ilustrasi Resesi (Dakwatuna.com)
Jakarta, law-justice.co - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengungkapkan dampak yang akan dialami Indonesia bila resesi. Di antaranya fenomena sosial akan mewarnai dinamika kehidupan, seperti pendapatan masyarakat berkurang, daya beli menurun, PHK massal, dan pengangguran.
Saat ini, perekonomian Indonesia diprediksi akan terperosok ke jurang resesi pada kuartal III 2020. Ini setelah kuartal II pertumbuhan minus 5,32 persen. Sementara, negara dinyatakan resesi jika ekonomi minus dua kuartal berturut-turut atau lebih.
"Kondisinya justru yang sekarang ini adalah adanya penurunan pendapatan bagi semua kelompok masyarakat dan kelompok usaha. Jadi pendapatan turun, daya beli turun, otomatis PHK massal, dan penggangguran meningkat," ujar Bhima, dikutip iNews.id, Kamis (13/8/2020).
Saat ini, Bhima menuturkan, kondisi pasar tak sama seperti gejolak ekonomi 1998 silam. Di mana kala itu terjadi inflasi hingga 70 persen. Kini, yang terjadi di lapangan ialah deflasi, di mana harga turun untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
"Tahun 2020 justru terjadi deflasi dalam beberapa bulan. Deflasi itu penurunan harga, bukan malah naik. Ini mengindikasikan permintaan menurun, sehingga penjual tidak berani menaikkan harga," katanya.
Bhima meminta kepada masyarakat untuk mengantisipasi sebelum resesi terjadi. Di antaranya berhemat, berinvestasi di deposito dan emas yang secara nilai tak terlalu berisiko.
"Masyarakat diminta berinvestasi diaset yang aman, jangan yang berisiko. Misalkan, deposito dan emas. Jadi lebih banyak menabung yang sifatnya darurat. Jaga likuiditas secara mencukupi," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan berdasarkan data analisis perekonomian Indonesia pada kuartal III minus 1 persen. Kemudian akan tumbuh positif pada kuartal IV, yang diproyeksi sebesar 1,38 persen dan secara keseluruhan perekonomian Indonesia tahun 2020 minus 0,49 persen.
"Kita perlu memompa lagi di kuartal III karena itu penentuan bagi kita. Pemerintah telah membelanjakan dari Rp2.700 triliun anggaran yang sudah disiapkan termasuk anggaran PEN. Sampai dengan bulan Juni sudah membelanjakan Rp1.000 triliun, sehingga dalam kuartal III dan IV diharapkan bisa membelanjakan Rp1.700 triliun," ungkapnya.
Komentar