Ngeri! Senjata China Ini Bisa Hancurkan Kapal Induk AS

Sabtu, 08/08/2020 01:11 WIB
Ilustrasi Rudal (Liputan6)

Ilustrasi Rudal (Liputan6)

Jakarta, law-justice.co - China memamerkan rudal yang dijuluki `pembunuh kapal induk` atau aircraft carrier killers setelah Amerika Serikat (AS) mengirim kapal USS Nimitz dan USS Ronald Reagan ke perairan sengketa Laut China Selatan. Salah satu rudal tersebut terdapat satu peringatan yang bertuliskan `jangan meremehkan kami`.

Ketika AS mengirim kapal di perairan sengketa tersebut, pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) baru-baru ini meluncurkan rudal balistik DF-26 anti-kapal jarak menengah yang bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.

Media pemerintah Global Times melaporkan rudal balistik DF-26 mampu menyerang target yang bergerak di laut. "Para ahli memuji langkah tersebut sebagai demonstrasi tekad China untuk menjaga kedaulatan nasional," demikian laporan Global Times, yang dilansir dari pikiran-rakyat.com, Sabtu (8/8/2020).

Pasukan Roket PLA baru-baru ini memulai latihan konfrontasi lintas regional, bermanuver melalui hutan dan menstimulasikan serangan kimiawi dalam kendaraan rudal yang disamarkan untuk menghindari pendeteksian satelit.

Laporan tersebut mengutip dari CCTV yang menyatakan bahwa latihan roket itu untuk mengasah kemampuan reaksi cepat Pasukan Roket.

Pada tahun 2018, juru bicara Departemen Pertahanan China, Kolonel Wu Qian mengatakan rudal DF-26 ditugaskan ke dalam Rocket Force, yang dapat dilengkapi dengan muatan nuklir atau konvensional serta mampu meluncurkan serangan presisi pada target darat, maupun kapal besar di laut.

Sementara itu, seorang ahli militer China bernama Song Zhongping mengatakan AS harus memahami bahwa PLA tidak seperti pada tahun 1995 atau 1996.

"Tiongkok memiliki kemampuan untuk membuat AS kehilangan kapal induknya, dan ini adalah penghalang utama yang harus ditunjukkan, dan dapat menunjukkan tekad kuat China dalam menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial," kata dia.

Rudal DF-26 memiliki jangkauan sekitar 4.500 kilometer yang bisa menjangkau fasilitas militer AS di Guam, Darwin (Australia) dan wilayah luar Inggris, Diego Garcia.

(Hendrik S\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar