Waketum Gerindra: Pemerintah Lamban & Salah Resep Antisipasi Krisis!

Jum'at, 07/08/2020 12:29 WIB
Presiden Joko Widodo (Foto: CNN)

Presiden Joko Widodo (Foto: CNN)

Jakarta, law-justice.co - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon menyebut kalau Pemerintahan Presdien Joko Widodo (Jokowi) lamban dan salah resep dalam mengantisipasi krisis baik terkait pandemi COVID-19 maupun eksesnya bagi perekonomian nasional.

Pernyataan itu dia lontarkan lewat akun twitter pribadinya hari ini, Jumat 7 Agustus 2020 sambil menyertakan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengumumkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia minus 5,32% pada kuartal II ini.

“Angka ini jauh lebih buruk daripada ekspektasi pemerintah yang sebelumnya memperkirakan hanya akan minus 4,3 hingga 4,8 persen saja. Dengan batas bawah minus 5,1 persen,” ujarnya melalui akun Twitter @fadlizon, Jumat (7/8/2020).

Menurutnya, kenyataannya perekonomian nasional merosot lebih buruk dari itu. Lulusan Universitas Indonesia itu menyatakan ini adalah peringatan agar waspada terhadap narasi optimisi yang selalu didengungkan pemerintah.

“Memang di tengah pandemi COVID-19, resesi adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Semua negara akan mengalaminya. Hanya soal waktu saja,” ucapnya.

Dalam situasi seperti ini, pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi agar kerusakan yang paling buruk tidak terjadi. Inilah yang sepertinya gagal diperlihatkan dalam beberapa bulan terakhir.

“Meski di atas kertas yang disebut resesi adalah ketika pertumbuhan ekonomi dilaporkan minus dalam dua kuartal berturut-turut atau lebih. Secara de facto, saya kira, saat ini sudah berada di tengah resesi,” tuturnya.

Dia memprediksi pada kuartal III nanti ekonomi akan kembali minus. Alasannya, sepanjang semester lalu, pemerintah sudah gagal menetapkan prioritas pekerjaan.

“Saat kasus COVID-19 pertama kali dikonfirmasi masuk ke Indonesia pada Maret lalu, dengan alasan ekonomi pemerintah menolak karantina wilayah. padahal perekonomian mustahil tumbuh jika negara gagal mengatasi pendemi COVID-19,” paparnya.

Indonesia saat ini menghadapi tekanan besar dari pandemi COVID-19 dan resesi ekonomi. Dari sisi pandemi, data menunjukkan penanggulangan COVID-19 di Indonesia merupakan yang terburuk di Asia. Kemampuan tes COVID-19 Indonesia hanya lebih baik dari Ethiopia dan Nigeria.

Dia menjelaskan Indonesia baru mampu melakukan 36 tes per satu juta penduduk. Sementara itu, Ethiopia dan Nigeria, masing-masing melakukan 28 dan 24 tes per satu juta penduduk.

Bahkan, dalam hal indeks kematian tenaga mesis, posisi Indonesia yang terburuk di dunia. Jika penanganan COVID-19 masih berlangsung seperti sekarang, menurutnya, Indonesia terancam bakal mengalami pandemi berkepanjangan.

“Sementara, dari sisi ekonomi, pemerintah telah gagal memperkecil kontraksi ekonomi. Padahal, anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) kita mencapai Rp695,2 triliun,” tutupnya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar