Ini Deretan Kejengkelan Jokowi pada Menterinya Selama Pandemi Covid-19

Selasa, 04/08/2020 08:36 WIB
Presiden Joko Widodo (Foto: dok. Kompas)

Presiden Joko Widodo (Foto: dok. Kompas)

Jakarta, law-justice.co - Kemarin, Senin 3 Agustus 2020, Presiden Joko Widodo ( Jokowi) kembali mengungkapkan kekesalannya terhadap para pembantunya di Kabinet Indonesia Maju terkait penanganan pandemi virus corona.

Kali ini, Jokowi jengkel lantaran realisasi anggaran stimulus untuk penanganan Covid-19 masih minim. Dia menyampaikan hal tersebut saat membuka rapat terbatas penanganan Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta kemarin.

"Saya melihat memang urusan realisasi anggaran ini masih sangat minim sekali. Sekali lagi dari Rp 695 triliun stimulus untuk penanganan Covid, baru 20 persen yang terealisasi. Rp 141 triliun yang terealisasi, sekali lagi baru 20 persen, masih kecil sekali," ujarnya seperti melansir kompas.com, Selasa 4 Agustus 2020.

Dia juga menyindir sejumlah kementerian yang belum menyusun Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA).

Menurut dia, hal itu menunjukkan belum ada perencanaan mengenai anggaran yang dimiliki kementerian tersebut.

Seperti diketahui, kejengkelan Jokowi terhadap menteri-menterinya bukan pertama kali ini saja diungkapkan.

Bahkan, berkaitan dengan urusan penanganan corona, Presiden Jokowi sudah beberapa kali meluapkan kekesalannya ke para menteri.

 

Jokowi Jengkel Karena Bantuan Sosial

Presiden Jokowi mengungkapkan kekesalannya karena masih banyak yang belum menerima bantuan sosial (bansos) untuk penanganan Covid-19.

Dia meminta para menteri tidak membuat aturan penyaluran bansos yang berbelit-belit.

"Sekali lagi ini butuh kecepatan. Oleh sebab itu saya minta aturan itu dibuat sesimpel mungkin, sesederhana mungkin tanpa mengurangi akuntabilitas sehingga pelaksanaan di lapangan bisa fleksibel," tegas Jokowi saat membuka rapat terbatas melalui konferensi video, Selasa (19/5/2020).

 

WFH Malah Cuti

Awal bulan lalu, tepatnya 7 Juli 2020, Presiden Jokowi juga menyindir para menterinya. Ia merasa work from home (WFH) yang dilakukan para menteri malah seperti cuti.

"Jangan sampai (seperti) tiga bulan yang lalu kita menyampaikan kerja dari rumah. Work from home. Yang saya lihat, ini kayak cuti malahan," ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas pada Selasa (7/7/2020) yang videonya ditayangkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (8/7/2020).

Jokowi meminta semua menterinya menyadari Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi dan kesehatan akibat Covid-19. Ia meminta para menterinya bekerja lebih cepat dan lebih keras.

 

Sebarkan Aura Krisis

Presiden Jokowi meminta seluruh pos kementerian tidak kehilangan aura krisis dalam penanganan pandemi Covid-19.

Jokowi juga mengingatkan para menterinya untuk tak mengurangi kecepatan dalam bekerja pada masa pandemi Covid-19.

Jokowi menyampaikan hal tersebut saat membuka rapat terbatas Pengarahan Komite Penanganan Pemulihan Ekonomi Nasional dan Penanganan Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta.

"Saya ingin di setiap posko yang ada, baik di BNPB, di pusat, di daerah, di komite, itu kelihatan sangat sibuk ke sana-ke sini itu lho. Itu auranya krisis itu ada," kata Jokowi dalam rapat virtual, Senin (27/7/2020).

 

Mengancam Bakal Reshuffle

Presiden Joko Widodo mengancam akan melakukan reshuffle kabinet di hadapan para menterinya saat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, pada 18 Juni 2020.

Pernyataan tersebut baru terungkap dalam video yang ditayangkan akun YouTube Sekretariat Presiden pada Minggu (28/6/2020).

Awalnya, saat membuka rapat, Jokowi menyampaikan kejengkelannya kepada para menteri lantaran masih bekerja secara biasa saja di masa krisis.

Padahal, perlu upaya lebih untuk menangani krisis akibat pandemi virus corona.

"Akan saya buka. Langkah apa pun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara," ucap Jokowi.

Dia kemudian menyampaikan ancaman reshuffle bagi menterinya yang masih bekerja biasa-biasa saja.

"Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya," kata Jokowi.

 

Puncak Kejengkelan Jokowi

Terkait ancaman reshuffle, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fajar Junaedi menilai, itu adalah puncak dari kejengkelan Jokowi terhadap para menteri yang dinilai tidak kompeten dalam bekerja.

Dia menilai sejak awal pademi Covid-19 tampak beberapa menteri tidak memiliki sense of crisis.

Fajar juga memperkirakan Jokowi merasa kebijakan para menteri di periode kedua masa pemerintahan justru mengancam popularitasnya, walaupun ini adalah periode terakhirnya.

"Jokowi terlihat ingin meninggalkan citra yang baik. Selama ini Jokowi dikenal karena pencitraan yang sukses oleh tim suksesnya selama masa kampanye dan periode pertama kepemimpinannya. Public relations-nya berhasil," kata Fajar, Senin (29/6/2020).

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar