Keberadaan TikTok di AS Ancaman, Diblokir atau Harus Dijual?

Senin, 03/08/2020 00:46 WIB
TikTok (Bangkok Post)

TikTok (Bangkok Post)

Jakarta, law-justice.co - Aplikasi berbagi video yang dikembangkan ByteDance, TikTok, menjadi populer di kalangan anak muda, dengan jumlah pengguna mencapai satu miliar di seluruh dunia. Namun, di Amerika Serikat (AS) aplikasi itu dikecam.

Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin menyatakan TikTok harus dijual atau pemerintah tidak akan segan melakukan pemblokiran. Pernyataan Mnuchin merupakan peringatan terbaru yang dikeluarkan Washington terhadap aplikasi berbagi video yang berasal dari China itu.

Menteri Keuangan AS berusia 57 tahun itu menuturkan, Komite Investasi Luar Negeri yang dia ketuai sudah melakukan peninjauan terhadap aplikasi tersebut. Aplikasi itu disorot karena dituding menjadi alat bagi pemerintah China dalam mengumpulkan informasi intelijen terhadap warga AS.

"Saya akan mengatakannya terang-terangan bahwa TikTok tak bisa menjadi bentuknya seperti saat ini karena berpotensi mengirim informasi 100 juta warga AS," kata dia kepada ABC, melansir dari Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

TikTok, kata Mnuchin, "tidak bisa tetap eksis di AS sebagaimana adanya", sebagaimana diberitakan kantor berita AFP Minggu (2/8/2020). Dia tidak menyinggung ancaman sebelumnya yang dilontarkan Presiden Donald Trump ketika berada di pesawat Air Force One pada Jumat (31/7/2020).

Mnuchin menerangkan, dia sudah membahasnya dengan para petinggi Kongres. Termasuk Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan pemimpin minoritas Senat, Chuck Schumer. Dari hasil pembicaraan tersebut, dia menjelaskan semua bersepakat bahwa perubahan harus dilakukan jika TikTok masih ingin beroperasi di AS.

"Segera lakukan penjualan atau bersiap diblokir di sini. Semuanya sepakat bahwa aplikasi ini tak bisa beroperasi jika terus memaksakan bentuk lamanya," ujar dia.

The Wall Street Journal melaporkan Sabtu (1/8/2020), negosiasi antara Microsoft dengan ByteDance untuk membeli operasional di AS sempat terhenti setelah Trump mengancam. Adapun aplikasi itu melalui General Manager Vanessa Pappas sempat menyerang balik, dengan menegaskan mereka tak berniat untuk angkat kaki.

(Hendrik S\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar