Hagia Sophia Konversi Jadi Masjid, Turki dan Yunani Perang Kata Kasar

Minggu, 26/07/2020 15:30 WIB
Jemaah sholat Jumat untuk pertama kalinya sejak 90 tahun tahun terakhir di Hagia Sophia (Al Jazeera)

Jemaah sholat Jumat untuk pertama kalinya sejak 90 tahun tahun terakhir di Hagia Sophia (Al Jazeera)

[INTRO]

Turki dan Yunani perang kata-kata kasar mengenai konversi Hagia Sophia menjadi masjid di Istambul, sehari setelah sholat diadakan di situs kuno itu untuk pertama kalinya dalam 90 tahun.

Hubungan antara sekutu NATO Ankara dan Athena telah terganggu dalam beberapa bulan terakhir, tetapi ketegangan meningkat baru-baru ini karena Hagia Sophia dan kekayaan energi di Mediterania timur.

"Kami melihat bahwa target negara-negara yang membuat begitu banyak kebisingan dalam beberapa hari terakhir bukanlah Hagia Sophia atau Mediterania timur. "Target mereka adalah kehadiran negara Turki dan Muslim di wilayah ini,” kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Sabtu (25/7).

Dia juga mengecam pernyataan bermusuhan oleh pemerintah Yunani dan anggota Parlemen serta pembakaran bendera Turki di kota Yunani Thessaloniki.

Erdogan bergabung dengan ribuan orang untuk sholat pertama pada hari Jumat (24/7) sejak Hagia Sophia diubah menjadi masjid bulan ini.

Hagia Sophia sebelumnya adalah sebuah museum dan sebagian besar orang Yunani melihatnya sebagai pusat agama Kristen Ortodoks mereka. Lonceng gereja berdentang menandakan berkabung di seluruh Yunani pada hari Jumat.

Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis pada hari Jumat mengatakan apa yang terjadi di Istanbul adalah bukan unjuk kekuatan, tetapi bukti kelemahan. Dia juga menyebut Turki sebagai "pembuat onar", dan konversi situs itu sebagai "penghinaan terhadap peradaban abad ke-21".

Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, juru bicara kementerian luar negeri Turki mengatakan, “Yunani sekali lagi menunjukkan permusuhan terhadap Islam dan Turki dengan alasan bereaksi terhadap Masjid Hagia Sophia dibuka untuk sholat.”

Kementerian luar negeri Yunani menanggapi dengan pernyataannya sendiri, dengan mengatakan, “Komunitas internasional abad ke-21 terpana menyaksikan amukan fanatik agama dan nasionalis Turki saat ini."

Yunani dan Turki tidak sepakat tentang berbagai masalah mulai dari wilayah udara hingga zona maritim di Mediterania timur dan memecah etnis Siprus. (Al Jazeera)

(Liesl Sutrisno\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar