Mengapa Orang Prancis Mengubur Celana Dalam dan Tidak Pakai Bra

Minggu, 26/07/2020 06:01 WIB
Celana dalam yang hancur di dalam tanah membuktikan tanah tersebut baik untuk ditanam (Claire Coombs/Instagram/Forbes)

Celana dalam yang hancur di dalam tanah membuktikan tanah tersebut baik untuk ditanam (Claire Coombs/Instagram/Forbes)

law-justice.co - Musim panas ini, di Prancis sedang heboh dua tren baru pakaian dalam. Para petani di negara itu mengubur celana dalam mereka di ladang untuk menguji kualitas tanah, sedangkan kaum perempuan lebih banyak keluar rumah tidak memakai bra karena merasa lebih nyaman, selepas lockdown dilonggarkan. 

Kampanye “Kubur Celana Dalam Anda” 

Lembaga Pertanian Prancis di Marne di timur laut Perancis - tempat Champagne berasal - menantang para petani untuk mengubur celana dalam di ladang mereka, dan menggalinya kembali pada pertengahan Agustus.

Seperti dilaporkan dalam The Local, tindakan itu untuk menguji kualitas tanah mereka. Jika mereka mengambil celana dalam setelah beberapa bulan di dalam tanah dan sudah sangat membusuk, itu berarti tanahnya baik karena penuh dengan cacing, jamur dan bakteri yang memakan kain. 

Tantangan ini sudah masuk tahun kedua yang disebut “En Terre Ton Slip!”.  Para peserta mengunggah gambar celana dalam mereka di Facebook dan menurut Lembaga Pertanian di Marne, pemenang akan diputuskan melalui pemungutan suara. Seperti dilansir The Local, 210 pasang celana dalam telah dikubur di Provence pada 2018 dengan alasan yang sama.

Gagasan ini muncul dari Konservasi Tanah Kanada yang disebut "Soil Your Undies" pada tahun 2017. Mengubur celana dalam ini sekarang juga terjadi di seluruh AS, yang bertujuan untuk menguji kualitas tanah, dan juga untuk meningkatkan kesadaran akan dampak pestisida dan erosi tanah. Satu-satunya masalah adalah harus mengingat di mana celana dalam dikuburkan.

Lebih banyak perempuan Prancis yang tidak mengenakan bra 

Dalam jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan oleh Ifop (lembaga pemasaran dan jajak pendapat Prancis) para perempuan mengatakan bahwa mereka sekarang jarang memakai bra.

Lebih dari 3.000 perempuan ditanya, dan banyak yang melaporkan jarang memakai bra selama diberlakukan lockdown (tren anekdotal juga dilaporkan di negara lain). Dua bulan sejak diizinkan keluar rumah untuk menjalani ke normal baru, banyak yang memutuskan untuk tidak memakainya. 

Tren ini dilakukan oleh perempuan di bawah usia 25, di mana 1 dari 6 (18%) melaporkan bahwa mereka sekarang tidak pernah memakai bra, empat kali lebih sering daripada sebelum lockdown. 

Dari survei terlihat, memang masih jarang perempuan yang tidak memakai bra di tempat kerja (hanya 14 persen yang melakukannya) kecuali mereka yang bekerja di rumah, angka ini naik menjadi 50%.

Sebanyak 53% dari perempuan memilih tidak memakai bra, karena merasa tidak nyaman, tetapi sebesar 15% mengatakan itu juga karena protes  "sebuah perjuangan melawan seksualisasi payudara perempuan yang mengharuskan perempuan menyembunyikan bagian dari tubuh mereka”. 

François Kraus, direktur penelitian di Ifop, mengatakan kepada Le Parisien bahwa tren itu mirip dengan tren `Make up Free` (tidak pakai riasan wajah) yang baru-baru ini juga terjadi selama lockdown. Banyak yang memilih tidak memakai bra selama lockdown, dan banyak yang mempertanyakan mengapa mereka harus terus mengenakannya setelah lockdown. (Forbes)

 

 

(Liesl Sutrisno\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar