Capres AS Ini Minta Bantuan Umat Islam Kalahkan Trump

Sabtu, 25/07/2020 11:37 WIB
Capres AS 2020 Joe Biden dengan Donald Trump (cnbc)

Capres AS 2020 Joe Biden dengan Donald Trump (cnbc)

Jakarta, law-justice.co - Persaingan antara Joe Biden dengan Donald Trump menuju kursi nomor satu di AS semakin panas. Kini Joe mulai meminta dukungan dari umat Islam untuk mengalahkan Trump.

"Saya ingin mendapatkan suara Anda bukan hanya karena dia (Trump) tidak layak menjadi presiden. Tapi karena saya ingin bekerjasama dengan Anda, memastikan suara Anda termasuk dalam proses pengambilan keputusan saat kami bekerja untuk membangun kembali bangsa ini," katanya seperti dikutip dari kompas.com, Sabtu (25/7/2020).

Calon tunggal dari Partai Demokrat itu berjanji untuk membatalkan larangan perjalanan bagi orang-orang dari beberapa negara mayoritas Muslim yang diberlakukan pemerintahan Trump. Menurutnya kebijakan Trump tersebut sangat keji.

Wa`el Alzayat, CEO Emgage Action mengatakan melalui surel bahwa organisasi itu berusaha memaksimalkan perolehan suara di negara-negara bagian utama. Di Michigan misalnya, salah satu negara bagian di mana organisasi ini memiliki cabang dan pada 2016 Trump pernah menang, dia mengatakan bahwa dia yakin ada lebih dari 150.000 pemilih Muslim yang terdaftar.

Tak hanya itu, beberapa pejabat terpilih yang beragama Islam mendukung Biden sebagai presiden dalam sebuah surat yang diorganisir oleh Emgage Action. Di antara mereka yang menandatangani surat itu adalah Anggota DPR dari Dapil Minnesota Ilhan Omar, Jaksa Agung Minnesota Keith Ellison dan Anggota DPR Dapil Indiana Carson, serta semua anggota Demokrat.

Omar, salah satu wanita Muslim pertama yang terpilih untuk Kongres, menjabat sebagai pengganti profil tinggi untuk Bernie Sanders sebelum dia keluar dari pemilihan presiden pada April lalu. Dukungan Omar kepada Biden potensial bersamaan dengan keinginan mantan wakil presiden AS itu untuk memobilisasi pemilih dari komunitas Muslim.

"Suara-suara Muslim Amerika penting bagi komunitas kami, bagi negara kami," kata Biden. "Tapi kita semua tahu bahwa suaramu tidak selalu dikenali atau diwakili," tutupnya.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar