Nadiem Sebut Nikah Massal SMK dengan Industri Saling Menguntungkan

Jum'at, 10/07/2020 16:26 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. (Gatra)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. (Gatra)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mewacanakan sebuah program baru berupa `pernikahan massal` antara sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan industri. Menurut dia, program ini akan saling menguntungkan satu sama Iain.

"Esensi dari program ini baik SMK maupun industri akan saling menguntungkan," katanya dikutip dari antara.

Dia menjelaskan `pernikahan massal` antara SMK dan industri tidak hanya sekedar kerja sama biasa. Tetapi kerja sama yang intens mulai dari penyusunan kurikulum, pembelajaran, hingga praktik kerja industri dirancang secara bersama-sama.

Nantinya kata dia, Kurikulum SMK tidak hanya disusun oleh pihak sekolah tetapi juga bersama-sama dengan mitra industri. Tenaga pengajar pun tidak hanya guru di sekolah itu, praktis di industri pun harus terlibat.

"Kita harus lihat hasilnya mana, surat pernikahannya mana. Surat pernikahan itu tidak sah kalau tidak ada perjanjian rekrutmen," kata Nadiem.

Menurut mantan CEO Gojek ini, kalau belum ada surat dan pernyataan akan merekrut lulusan tersebut, maka itu berarti industri masih tidak yakin dengan kualitas lulusan sekolah itu.

"Kalau sudah ada surat itu, berarti kalau saya (sebagai industri) sudah teken (tandatangan) menerima lulusan untuk kerja di industri, itu baru pernikahan yang sah," kata dia.

Industri kata dia juga dapat memberikan beasiswa dan ikatan dinas kepada pihak sekolah yang diajak kerjasama. Kemudian, pengenalan teknologi dan proses kerja industri kepada para guru sertifikasi kompetensi.

”Branding industri itu diberikan kepada murid lulusan, karena dia percaya dengan program (kurikulum) itu, dan juga join research project merupakan satu contoh paket pernikahan," jelasnya.

Menurutnya, industri membutuhkan banyak sekali sumber daya manusia (SDM) siap kerja. Akan tetapi ketersediaannya tenaga kerja yang ada kurang memadai bahkan lulusan SMK banyak yang menganggur.

Hal itu terjadi karena kompetensi lulusan yang dihasilkan SMK tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh industri.

"Jika program itu terwujud, maka industri diuntungkan karena dapat mengurangi biaya pelatihan dan SMK juga diuntungkan karena lulusannya diserap industri. Industri harus dapat melihat SMK sebagai sarana untuk memcetak SDM yang memiliki kompetensi dan harganya pun kompetitif," tutup Nadiem.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar