Miris! di Tempat Ini, Harga Beras 10 Kg Rp2 Juta & Mi Instan Rp1 Juta

Jum'at, 03/07/2020 08:21 WIB
Wilayah Maining 33 salah satu lokasi tambang rakyat di Korowai, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.((ANTARA/Musa Abubar))

Wilayah Maining 33 salah satu lokasi tambang rakyat di Korowai, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.((ANTARA/Musa Abubar))

Jakarta, law-justice.co - Di kawasan tambang emas tradisional di Korowai, tepatnya di Maining 33, Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang harga satu karung berukuran di 10 kilogram mencapai Rp 2 juta.

Tidak hanya itu, bahkan harga satu kardus mi instan dijual seharga Rp 1 juta atau ditukar dengan emas dua gram.

"Mi instan satu karton kalau ditukar dengan emas itu, dua gram, satu karton Rp 1 juta, satu bungkus Rp 25.000. Beras 10 kilogram itu emas empat gram, kalau dibeli dengan uang, satu karung itu harganya Rp 2 juta," kata salah satu pengelola Koperasi Kawe Senggaup Maining Hengki Yaluwo di Korowai seperti melansir kompas.com, Rabu 1 Juli 2020.

Kata dia, selain bahan makanan pokok, harga bahan lain juga cukup tinggi. Contohnya kata dia, satu ikan kaleng berukuran besar dijual seharga Rp 150.000.

Sedangkan untuk ponsel menurut dia dibanderol seharga 10 gram sampai 25 gram emas.

Tak tersentuh pembangunan pemerintah

Wilayah Korowai, Kabupaten Pegunungan Bintang sendiri masuk kawasan terisolir dan tertinggal.

Kawasan Korowai sendiri diapit lima kabupaten, yakni Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yakuhimo, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digooel, dan Kabupaten Mappi.

Meski begitu, kawasan tersebut belum pernah tersentuh pembangunan Untuk menjangkau wilayah tersebut, warga harus menggunakan helikopter dari Kabupaten Boven Digoel.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan menggunakan long boat dari Boven Digoel selama satu hari dan berjalan kaki selama dua hari menuju kawasan tambang Korowai.

Ben Yarik salah satu pemilik dusun Kali Dairam Korowai di Maining 33, mengatakan, suku Korowai adalah penghuni asli kawasan itu.

"Bertahun-tahun pemerintah tidak pernah membangun Korowai, Tuhan yang memberikan hasil emas bagi kami, sehingga kami bisa menambang dan membantu kami," katanya.

Kata dia, tambang emas tradisional adlah salah satu mata pencaharian masyarakat setempat.

Dia berharap pemerintah tidak menutup penambangan tradisional itu karena kawasan tambang tradisional itu menghidupi ekonomi masyarakat sekitar.

"Kasihan ini, banyak masyarakat tidak lagi diperhatikan dan terus tertinggal. Selagi masih ada emas yang menjamin," ujarnya.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar