Kesalahan Fatal Baca Alquran Felix Siauw Diungkap Tokoh NU

Rabu, 01/07/2020 20:01 WIB
Ustadz Felix Siauw. (Foto: Tempo.co/Maria Fransisca)

Ustadz Felix Siauw. (Foto: Tempo.co/Maria Fransisca)

Jakarta, law-justice.co - Kesalahan fatal dalam membaca Alquran Ustadz Felix Siauw diungkap oleh tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Ahmad Ishomuddin. Oleh karena itu Rais Syuriah Pengurus Besar NU itu meminta Felix untuk belajar lagi agar dapat membaca Alquran dengan benar.

Hal itu disampaikannya melalui postingannya di media sosial Facebook miliknya pada Selasa (30/6/2020).

“Belajar dulu baca Al-Quran dengan benar kepada para ahlinya sebelum nenjadi ustadz. (Sebuah Catatan Untuk Felix Siauw) oleh: Ahmad Ishomuddin,” tulisnya yang menjadi judul tulisannya tersebut.

Menurutnya, dia baru menemukan sebuah video yang berisikan ustadz Felix Siauw tengah berceramah.

"Saya sengaja menontonnya karena merasa penasaran. Terlihat jelas konteksnya, Felix sedang bermaksud menafsirkan kata "hikmat" pada sila keempat Pancasila dengan mengutip Qs. al-Jumu`ah ayat 1 di hadapan beberapa orang berseragam putih-putih, sepertinya seragam "pasukan" FPI. Mungkin saja motifnya agar ia sebagai tokoh ex-HTI tidak lagi dituduh sebagai orang yang anti Pancasila," katanya.

Lebih lanjut dia menceritakan soal isi dari video singakat Felix tersebut.

"Awalnya Felix bertanya, "Oke coba lihat! Arti kata "hikmat". Ada yang hafal surat al-Jumu`ah ayat pertama?" Sebelum ada yang menjawab pertanyaannya, Felix dengan tergesa-gesa menjawab sendiri pertanyaannya itu dengan membaca potongan ayat itu, "Sabbaha lillahi ma fissamawati wal-ardl?" Lalu, seseorang bermaksud menyempurnakan potongan ayat itu, "wa in tubdu ma..." Tetapi karena keliru, atau karena tidak hafal, Felix pun segera menyela, "Bukan! (yakni bukan itu bunyi selanjutnya, tetapi) al-malikulquddus `azizul-hakim. Ada kata-kata "hakim". Hakim artinya adalah orang yang memiliki hikmah," lanjutnya.

Dia pun mengatakan bahwa dengan melihat hal seperti itu, maka Ustad Felix banyak melakukan kesalahan yang fatal.

"Seperti sudah saya duga, Felix nyata-nyata melakukan amat banyak kekeliruan meski hanya membaca satu ayat al-Qur`an, yaitu Qs. al-Jumu`ah ayat 1 itu. Kesalahan itu menurut ilmu tajwid bukan terkategori sebagai kesalahan yang ringan (al-khatha` al-khafiy), melainkan kesalahan yang fatal (al-khatha` al-jaliy). Saya tidak terkejut melihat Felix keliru fatal membaca ayat, apalagi bila ia nekad menafsirkannya, jelas berdasarkan hawa nafsu, bukan dilandasi ilmu. Kekeliruannya itu wajar karena bekal ilmu agamanya yang amat terbatas dan belum memadai," jelas KH Ahmad Ishomuddin.

Kesalahan fatal lainnya, kata dia, Felix telah mengurangi dua kata dalam satu redaksi di ayat 1 QS al-Jumu’ah tersebut.

“Kesalahan fatal lainnya, Felix telah mengurangi dua kata dalam satu redaksi ayat di atas, yaitu satu kata benda `ma` dan satu huruf jarr/ preposition dalam kalimat yang lengkapnya adalah `wa ma fil-ardli`, sehingga menjadi `wal-ardli`,” ujarnya.

“Padahal, membaca alquran dengan benar itu wajib, sehingga bacaan yang sebaliknya seperti mengurangi satu huruf saja (nuqshan al-harfi) dari ayat alquran atau menambahinya satu huruf (ziyadat al-harfi), menukar satu huruf dengan huruf lainnya (tabdil al-harfi bil-harfi), atau merubah beberapa harakat dan sukun (taghyir al-harakat wa al-sakanat) itu terkategori sebagai kesalahan fatal atau al-khatha’ al-jaliy, yang jelas hukumnya haram,” jelasnya.

Selain itu, lanjut KH Ishomuddin, kekeliruan Felix yang lainnya terkait bacaannya atas Qs. al-Jumu’ah ayat 1 sepertinya karena ia sama sekali tidak memahami tata Bahasa Arab, terutama ilmu dasar yaitu Ilmu Nahwu/sintaksis dan Ilmu Sharf/morfologi.

“Felix agaknya tidak paham Ilmu al-Sharf, sehingga ia tidak mampu membedakan mana ayat al-Qur’an yang diawali dengan kata kerja bentuk lampau (fi’il al-madli) “sabbaha” dan mana ayat yang diawali dengan kata kerja bentuk sekarang atau yang akan datang (fi’il al-mudlari’) “yusabbihu”,” ujar KH Ishomuddin.

“Bagi siapa saja yang tidak benar-benar kuat hapalan bacaan al-Qur’annya, kedua kata kerja berbeda bentuk di atas berpotensi diletakkan bukan pada redaksi ayat yang tepat. Padahal kata “tasbih” di dalam al-Qur’an kadangkala ditulis atau dibaca dalam salah satu dari empat bentuk, yaitu al-mashdar seperti firman Allah, al-madli seperti, al-mudhari’ seperti firman Allah, atau al-amr seperti firman Allah ta’ala,” tambahnya.

Menurutnya, penyebab kekeliruan fatal dari Felix Siauw dalam membaca Qs. al-Jumu’ah ayat 1 adalah bahwa ia tidak mampu meng-i’rab, yakni tidak mampu menganalisis posisi suatu kata dalam rangkaian kalimat dengan tinjauan aneka ilmu kebahasaan demi memperjelas maknanya.

“Perubahan akhir sebuah kata dalam satu rangkaian kalimat sempurna itu disebabkan adanya perbedaan faktor yang menyertainya,” terangnya.

BELAJAR DULU BACA AL-QUR`AN DENGAN BENAR KEPADA PARA AHLINYA SEBELUM MENJADI USTADZ
(Sebuah Catatan Untuk Felix...

Dikirim oleh Ahmad Ishomuddin pada Senin, 29 Juni 2020

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar