Amerika Serikat: Indonesia dalam Ancaman Partai Komunis China!

Jum'at, 26/06/2020 14:15 WIB
70 Tahun Berkuasa, Partai Komunis China Himpun Banyak Ketakutan (Detik)

70 Tahun Berkuasa, Partai Komunis China Himpun Banyak Ketakutan (Detik)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyebut Indonesia saat ini tengah berada dalam bahaya karena masuk salah satu negara yang bakal diancam Partai Komunis China.

Pernyataan ini dia sampaikan lantaran situasi Laut China Selatan yang kini terus memanas seiring dengan aksi kampanye militer China di kawasan tersebut.

Dalam sebuah konferensi virtual Forum Brussels, dia memastikan bahwa pasukan Angkatan Bersenjata AS akan ditempatkan di sejumlah lokasi baru.

Pengerahan ini kata dia, adalah bagian dari perlawanan terhadap ancaman Partai Komunis China.

Setelah memastikan bahwa AS bakal melakukan transfer masif pasukan ke India, sejumlah negara Asia Tenggara juga dalam pengawasan militer AS.

Selain Indonesia kata dia, ancaman Partai Komunis China juga dianggap bakal berakibat buruk untuk sejumlah negara lainnya, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.

"Akan Ada tempat lain (alokasi pasukan Amerika). Saya baru saja berbicara tentang ancaman dari Partai Komunis China. (Ada) ancaman untuk India, Vietnam, Indonesia, Laut China Selatan, dan Filipina. Kami berpikir bahwa itu adalah tantangan waktu bagi kami, dan kami memastikan kami punya sumber daya untuk melakukan itu (pengamanan)," ucapnya seperti melansir viva.co.id.

Sebelumnya pada akhir pekan lalu, pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah mengerahkan empat kapal perang ke Perairan Natuna.

Panglima Komando Armada I Laksamana Muda TNI Ahmad Heri Purwono, memastikan pengerahan ini adalah respons TNI dari memanasnya tensi konflik di Laut China Selatan.

Empat kapal perang yang sudah siaga di Perairan Natuna adalah KRI KRI Bung Tomo 375, KRI Yos Sudarso 353, KRI Wiratno 379 dan KRI Bontang 907.

"Saat ini situasi meningkatnya tensi di Laut China Selatan ditandai dengan hadirnya kekuatan Angkatan Laut negara-negara yang berkepentingan menimbulkan kekhawatiran di negara-negara kawasan," katanya.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar