Ancam Israel, Erdogan:Kita Berjuang Sampai Yerusalem Benar-benar Bebas

Senin, 15/06/2020 14:31 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Foto: Reuters)

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Foto: Reuters)

Jakarta, law-justice.co - Langkah Israel untuk merebut atau menganeksasi sejumlah wilayah Tepi Barat Palestina dikecam oleh Pemerintah Turki. Karena itu, negara yang dipimpin oleh Recep Tayyip Erdogan itu pun siap menggerakan kekuatan Umat Islam hingga Palestina benar-benar bebas dari gangguan Israel.

Janji itu salah satunya disampaikan Menteri Urusan Agama Turki Ali Erbas. "Perjuangan kita akan berlanjut sampai Yerusalem benar-benar bebas," kata pemerintah Turki melalui Menteri Urusan Agama Ali Erbas, seperti dikutip Jerusalem Post, Minggu (14/6/2020).

Hal itu disampaikan Erbas ketika para sarjana agama dan tokoh-tokoh kuat Turki yang dekat dengan kepemimpinan dan partai terkemuka negara itu ramai berdiskusi di forum online para cendekiawan Palestina. Menurutnya, Yerusalem bukan hanya milik satu agama, tetapi tempat yang mencerinakn nilai universal.

"Peradaban Islam memiliki ingatan akan pengetahuan dan nilai-nilai sejarah, dan bahwa tidak pernah mungkin bagi Muslim untuk menyerah atas kota yang diberkahi," ujarnya.

Dia pun kembali mengulang pernyataan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu yang mengatakan Turki siap berjuang untuk Palestina.

"Umat (komunitas Islam) tidak akan pernah menyerah untuk negara Palestina yang berdaulat dengan Quds al-Sharif sebagai ibu kotanya!," katanya. Quds al-Sharif adalah nama lain untuk kota Yerusalem.

Dia pun menunjukkan bagaimana pemerintah Turki berusaha mengadopsi perjuangan Palestina dan menjadikan Yerusalem sebagai alasan menyatukan "umat Islam" Timur Tengah untuk melawan Israel.

Komentar Erbas mereupakan sebuah perjuangan anti-Israel dengan menggunakan narasi agama. Retorika yang meningkat juga mulai menyarankan untuk mengubah Hagia Sophia, museum kuno—sebelumnya gereja—di Istanbul, menjadi masjid.

Pemerintah Turki sekuler pernah menghindari narasi keagamaan dalam urusan politik, tetapi para pemimpin negara itu saat ini melihat tujuan mereka sebagai langkah yang semakin religius. Turki pernah bertemu dengan Iran dan Malaysia serta negara-negara lain untuk membahas mata uang Islam dan stasiun televisi Islam selama setahun terakhir.

Komentar oleh pejabat agama utama Turki adalah indikasi bagaimana Turki ingin menentang rencana Israel untuk aneksasi beberapa wilayah Tepi Barat.

"Mereka yang menduduki Yerusalem menemukan keberanian karena mereka melihat masyarakat Islam sebagai pihak yang tercerai berai dan lemah," katanya.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa rencana aneksasi oleh Israel menghancurkan semua harapan perdamaian abadi di Timur Tengah.

Diplomat Ankara tersebut kerap menolak menyebut nama Israel dalam pertemuan Komite Eksekutif Kerjasama Islam.

"Jika kekuatan pendudukan melewati garis merah, kami (negara-negara Muslim) harus menunjukkan bahwa ini akan memiliki konsekuensi," ujarnya.

Setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, Turki menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara Islam untuk mengoordinasikan upaya melawan kebijakan Amerika dan Israel.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar