Terkait Dana Haji, Ini Pesan Penting Muhammadiyah ke Pemerintah

Rabu, 10/06/2020 20:16 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir (Ist)

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Ketua Umump Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan sebuah pesan penting kepada pemerintah, khususnya Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) terkait dana haji Umat Islam. Ia mengatakan ada harapan besar umat Islam dalam manajemen keuangan Haji yang diurus dengan profesional, amanah dan transparan.

Kata dia, Ibadah Haji bagi umat muslim Indonesia tak hanya tuntutan teologis, melainkan juga meliputi aspek sosial. Melihat keadaan tingkat ekonomi umat yang beragam, ibadah haji menjadi suatu perintah Tuhan yang multi aspek. Calon jamaah haji rela menabung bertahun-tahun supaya bisa pergi haji, meskipun dengan resiko antrian yang panjang.

“Ini menunjukkan betapa umat Islam begitu tinggi harapan untuk naik haji. Karena itu ketika pengelolaan dana haji ditunaikan dengan amanah, insyaallah harapan itu akan menjadi barokah,” katanya saat menyampaikan tausyiah dalam Milad ke-3 BPKH, Rabu (10/6/2020 seperti dikutip dari situs resmi muhammadiyah.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa kunci untuk lancarnya suatu sistem, termasuk pengelolaan keuangan adalah amanah. Haedar menjelaskan, teladan dari kejadian fathul Makkah bahwa Nabi memberikan pengajaran supaya dalam memberikan amanah tidak bertendensi nepotisme. Amanah diberikan kepada mereka yang telah terbukti kompeten dalam memegang amanah tersebut, sesuai dengan prinsip meritokrasi.

Dan dalam konteks ke-Indonesiaan, kata dia, Indonesia memiliki banyak tokoh yang amanah. Namun, satu saja masalahnya yaitu, mereka terjebak dalam sistem.

Oleh karena itu kata dia, amanah-amanah individual harus ditransformasikan kedalam sistem. Karenanya diperlukan keteladanan dari tokoh-tokoh yang berintegritas tinggi dalam membentuk sebuah sistem yang amanah.

“Mari kita bangun suatu era baru di mana amanah bagian dari integritas kebangsaan kita. Kita boleh salah di dalam mengurus negara, yang kesalahan itu tentu kesalahan-kesalahan yang bisa akibat dari rumitnya sistem, termasuk mungkin juga kelalaian pribadi. Tetapi ketika kesalahan itu kita akui dengan jujur, itulah bagian dari amanah,” ungkap Haedar.

Menurutnya, permasalahan akan menjadi kian rumit, jika satu kesalahan ditutup dengan kesalahan lain. Sehingga, terjadi akumulasi kesalahan yang menjadikan rumit bagi sebuah bangsa atau suatu sistem. Maka ditengah kusutnya suatu sistem yang tersusun atas akumulasi kesalahan, agama memberikan ruang untuk perbaikan diri dan bertaubat.

Haedar menegaskan, bahwa mengakui kesalahan dan memperbaiki keadaan yang rusak termasuk juga kunci sebuah amanah. Sebagai negeri yang mayoritas muslim, dengan ibadah haji dan umroh yang sangat intens. Ia berharap keadaan ini akan menimbulkan kesalehan individual dan kesalehan kolektif. Di mana dari setiap ibadah yang dilakukan akumulasinya adalah ketaqwaan yang terus bertambah.

Sebagai pilar iman, enam Rukun Islam yang dipegang teguh oleh setiap muslim harus mampu membuahkan kesalehan individual yang berbanding lurus dengan kesalehan kolektif sebagai bangsa Indonesia. Dengan segala usaha kesalehan kolektif akan bisa tercipta, meski membutuhkan waktu yang panjang.

Jika kesalehan individu yang terakumulasi menjadi kesalehan kolektif, Haedar percaya Indonesia akan menjadi negara ideal yang Allah sebut sebagai baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur.

“Sebagai negeri yang dianugerahi tanah yang gemah ripah loh jinawai, jangan sampai menjadikan negara-bangsa, termasuk pemimpin Indonesia lupa akan segala karunia dan berubah menjadi murka Allah,” tutupnya.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar