Andre Geram saat Tifatul Minta UAS Sabar `Diuji` Usai Dukung Prabowo

Selasa, 09/06/2020 07:58 WIB
Memanas, Konflik Tifatul & Andre Rosiade Merembet ke Jiwasraya. (Rmol)

Memanas, Konflik Tifatul & Andre Rosiade Merembet ke Jiwasraya. (Rmol)

Jakarta, law-justice.co - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring dan Politikus Partai Gerindra Andre Rosiade kembali bersitegang di dunia maya alias twitter.

Awalnya mantan Presiden PKS itu meminta kepada Ustaz Abdul Somad (UAS) untuk lebih bersabar setelah blak-blakan mendukung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019.

Hal itu dia sampaikan lewat akun twitter pribadinya menanggapi pengakuan UAS dalam wawancara bersama Refly Harun yang menyatakan sempat mendapat perlakuan buruk dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lantaran menyatakan dukungan kepada Prabowo.

Mengenai hal itu, Tifatul Sembiring berseloroh menyebutkan kalau negara Indonesia memang agak lucu.

Pasalnya, dia merasa heran dengan perubahan sikap seseorang yang dijulukinya sebagai singa padang pasir. Maka dari itu, ia meminta UAS lebih bersabar.

"Banyak sabar ya Ustadz Abdul Somad. Negeri kita ini memang rada-rada lucu. Tadinya pun kukira beliau itu singa padang pasir, eh ternyata...(emoji tertawa)," kicaunya.

Politikus Partai Gerindra Andre Rosiade langsung merespon kicauan Tifatul tersbut tak berselang lama.

Andre melontarkan sindiran pedas kepada Tifatul Sembiring dengan menyinggung soal kinerja anggota DPR yang justru eksis di media sosial.

Dia menuding selama ini Tifatul Sembiring belum menunjukkan bukti kinerja nyatanya selama menjabat sebagai anggota DPR, sehingga dirinya meminta bukti.

"Pak Tif mana bukti video anda bela rakyat di DPR baik di komisi atau paripurna?? Ada enggak ?? Kerja nyata anggota DPR itu di ruang rapat komisi atau paripurna bukan nge-twit. Coba tunjukkan bukti anda bekerja Pak Tif. Masak sudah 3 periode susah banget tunjukin bukti he..he..he," kicaunya.

Sebelumnya, 

Penceramah kondang, Ustaz Abdul Somad (UAS) mengaku mengalami kerugian usai memutuskan memberikan dukungan besar kepada Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 lalu.

Hal itu disampaikan UAS dalam channel YouTube ahli hukum tata negara, Refly Harun dengan judul “Pecah!!! Dicecar Refly, Ustadz Abdul Somad Malah Balik Tanya Macam-macam”.

Awalnya dalam perbincangan itu, Refly Harun menanyakan bagaimana perasaan UAS dengan sikap Prabowo yang kini masuk dalam kabinet Jokowi.

"Ustaz gak kecewa staz? Pertama yang ustaz dukung kalah, kalahnya tiga kali bahkan, dulu pernah nyampres juga soalnya. Akhirnya masuk kabinet, orang bilang bagian dari kolam cebong, gimana staz?" tanya Refly.

Menanggapi pertanyaan sulit itu, UAS menegaskan kalau selama ini dia bukan dan tidak pernah menjadi fans Prabowo.

Oleh karenanya dia mengaku kalau dirinya sama sekali tidak kecewa dengan kekalahan dan sikap Prabowo yang justru bergabung dengan pemerintahan Jokowi.

“Yang pertama saya tidak menjadi fans orang, tapi ide dan gagasan, sehingga saya tidak kecewa karena gagasan akan diperjuangkan oleh siapapun. Yang kedua bahwa saya tidak berpikir sendiri, tidak berijtihad sendiri, saya mendengarkan fatwa ulama,” jawab UAS santai.

Dia memastikan alasan dirinya saat itu menjatuhkan pilihan kepada Prabowo karena mendengarkan fatwa ulama dzahir yang melihat dari analisa dan ulama yang selalu mendapatkan inspirasi, ulama yang mendapatkan ilham karena kejernihan hati.

“Mereka yang menyuruh saya, lalu kemudian ketika saya sampaikan dengan segala macam konsekuensinya saya terima. Lalu kemudian terjadi apa yang terjadi, tidak ada kekecewaan sedikitpun karena itu adalah yang sudah saya lakukan. Saya hanya melakukan yang perlu saya lakukan agar umat tidak menyalahkan saya di masa yang akan datang, agar saya tidak abu-abu, saya bersikap, saya punya prinsip” jelasnya.

Meski demikian, dia mengaku harus membayar mahal keputusan tersebut saat itu. Saat itu dia mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo pada Pilpres 2019 lalu.

Namun dia kembali menegaskan bahwa dia tidak menyesal pernah mendukung Prabowo. Ia juga tak kecewa Prabowo masuk ke dalam pemerintahan.

“Saya mesti membayar high cost, harga mahal, dengan bully, dengan kebencian, dengan putus persahabatan dan lain-lainnya,” ucap UAS.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar