Boni Hargens Klaim Sudah Kantongi Nama Tokoh yang Ingin Kudeta Jokowi

Jum'at, 05/06/2020 06:32 WIB
Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens. (Monitorriau).

Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens. (Monitorriau).

Jakarta, law-justice.co - Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens mengklaim bakal ada sejumlah tokoh oposisi yang merancang upaya kudeta terhadap pemerintahan Presiden Jokowi di tengah kondisi Pandemi Corona saat ini.

Bahkan dia mengaku sudah mengantongi nama-nama tokoh yang bakal melancarkan aksi kudeta dengan memanfaatkan sejumlah isu sebagai materi provokasi dan propaganda politik.

Sejumlah isu itu diantaranya isu komunisme dan isu rasisme Papua menyusul gejolak akibat kematian warga AS berkulit hitam George Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat.

“Isu lain yang mereka gunakan adalah potensi krisis ekonomi sebagai dampak inevitable dari pandemic Covid-19. Kelompok ini juga membongkar kembali diskursus soal Pancasila sebagai ideologi Negara,” katanya dalam keterangan persnya, Kamis (4/6).

Kata dia, sejumlah isu yang bakal digunakan itu hanya sebagai instrumen untuk melancarkan serangan-serangan politik dalam rangka mendelegitimasi pemerintahan yang sah.

Menurutnya, kelompok ini tidak bisa disebut sebagai “barisan sakit hati” semata karena ini bukan lagi dendam politik semata.

Mereka kata dia, adalah “laskar pengacau negara” dan “pemburu rente”.

"Mereka adalah gabungan dari, kelompok politik yang ingin memenangkan pemilihan presiden 2024, kelompok bisnis hitam yang menderita kerugian karena kebijakan yang benar selama pemerintahan Jokowi, ormas keagamaan terlarang seperti HTI yang jelas-jelas ingin mendirikan negara Syariah, dan barisan oportunis yang haus kekuasaan dan uang" tegasnya.

Dia menambahkan, Mereka pengacau karena ingin merusak tatanan demokrasi dengan berusaha menjatuhkan pemerintahan sah hasil pemilu demokratis.

“Ada Bandar di balik gerakan mereka, mulai dari bandar menengah sampai bandar papan atas. Bandar menengah misalnya oknum pengusaha pom bensin dan perkebunan asal Bengkulu, dan bandar papan atas ya tak perlu saya sebutkan di sini,” ucapnya.

Disisi lain, dia menyayangkan tokoh seperti Din Syamsuddin ikut di dalam gerakan itu.

Menurut dia, tidak bijak jika ikut berkecimpung memperkeruh kolam yang bersih.

“Beliau kan panutan umat, tokoh yang didengar banyak orang. Saya juga heran dengan Bung Refly Harun. Kenapa menjadi begitu galak setelah tidak menjadi komisaris? Kan jadinya ada kesan tidak baik seolah-olah ada vested interest di balik kritisisme beliau terhadap pemerintah,” ujarnya lagi.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar