Papua yang Terabaikan dan Terima Kasih untuk Prabowo Subianto

Jakarta, law-justice.co - Saya dengar dari seorang Pimpinan DPR RI yang bukan kader Gerindra. Covid-19 sedang ke elevasi tinggi dan akan membahayakan nyawa rakyat Papua.

Mendengar itu Ketua Umum Gerindra yang juga menjadi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto turun minta langsung Menteri Kesehatan (Menkes) agar drop alat pelindung diri (APD) di Papua. Wagub DKI & DPR Gerindra keliling Asrama Papua itu atas perintah Prabowo.

Corona buka mata siapa yang punya empati. Tidak mewakili siapa-siapa. Saya secara pribadi ucapkan terima kasih untuk Pak Prabowo Subianto.

Presiden Jokowi sebagaimana biasa berkoar-koar dan berbusa-busa ketika 2 kali Pemilu hanya bangun image seakan-akan peduli pada rakyat Papua, mencuri nurani rakyat Papua.

Hari ini tidak terdengar suara Presiden Jokowi dari Jawa Solo ketika Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 di Papua menyatakan bahwa hanya 7 orang dokter spesialis paru dan ventilator hanya beberapa buah. Sedari awal Papua cluster berbahaya dan mengerikan jika Gubernur Lukas Enembe dan Rakyat Papua tidak menentang kebijakan Pusat.

Pak Jokowi boleh saja benci dan dendam dengan saya, itu wajar!. Toh Pak Prabowo ajukan nama saya secara resmi masuk Kabinet juga Pak Jokowi tolak.

Kita gentlemen. Tapi jangan mengabaikan rakyat Papua mati karena selain corona, karena teror, siksa, dibunuh aparat di tengah rakyat Papua sedang menghadapi ancaman Corona.

Rakyat Papua pernah berikan segalanya; suara dan kalau boleh saya buka rahasia ada bantuan rakyat Papua dalam bentuk lain tapi di Yogya (NB: andaikan barang itu jadi).

Saya sebagai Ketua Tim Perantauan Pemilu Berbasis HAM 2014, Jokowi jadi Presiden beda tipis hanya 8 juta suara, tanpa saya belum tentu Jokowi disebut Presiden hari ini. PDIP dan partai pengusung lainnya mengemis ke saya tapi saya tidak pernah mengemis, jabat tangan & ketemu mereka hingga hari ini.

Jokowi juga, dia sering sms dan telpon minta tolong ke saya, tapi saya tidak pernah minta perhatianke beliau. Kami ini bangsawan!, beda harga diri dan martabat.