Di Kuartal II 2020, Industri Perbankan Diprediksi Bakal Babak Belur

Kamis, 28/05/2020 11:08 WIB
Info grafis bunga Produk Perbankan (Ist)

Info grafis bunga Produk Perbankan (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menyebut Kinerja bank diperkirakan baru akan berdarah-darah di kuartal II.

Kata dia, pukulan Covid-19 itu kemungkinan baru akan terasa sakit di triwulan tersebut mengingat restrukturisasi kredit baru marak sejak April.

Menurutnya, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) baru dilakukan mulai Maret, sehingga tekanan di kuartal I baru terhadap sektor yang terdampak langsung saja.

"Dampak Covid-19 baru akan terepleksi penuh di kuartal II. Laba bank kemungkinan akan turun,"ujarnya seperti melansir kontan.co.id, Rabu (27/5).

Menurut dia, tekanan itu sedikit tertahan dengan adanya relaksasi restrukturisasi kredit yang diberikan OJK. Dengan relaksasi itu, bank tidak perlu menambah pencadangan ketika melakukan restrukturisasi. Kenaikan pencadangan yang paling besar menggerus laba perbankan.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengakui bahwa dampak Covid-19 terhadap kinerja kuartal I masih sedikit karena pemerintah baru mengumumkan bahwa Indonesia terpapar Covid-19 di bulan Maret.

"Kalau semua (kinerja) turun, sudah polanya begitu di kuartal I. Pengaruh langsung Covid-19 masih sedikit," ujarnya.

Likuiditas BCA masih sangat bagus sejak awal tahun karena adanya pertumbuhan dana murah yang tinggi tinggi sebesar 17,3% dan berkontribusi 76,7% terhadap total dana pihak ketiga perseroan. Sementara Covid-19 menekan sedikit menekan permintaan kredit. Itu membuat likuiditas perseroan masih longgar.

Bank BCA masih terus mencermati dampak Covid-19 hingga saat ini dan belum memutuskan untuk merevisi rencana bisnisnya. BCA tak ingin terburu-buru bikin target baru mengingat tidakada yang bisa memperkirakan kapan Covid-19 akan berakhir.

Untuk penyaluran kredit, BCA melihat masih ada sektor-sektor yang memiliki prospek bagus di tengah pandemi yang bisa dibiayai bank diantaranya ritel yang terkait dengan kebutuhan pokok, farmasi, dan logistik.

Namun, bank ini tidak akan memaksa diri untuk menggejot kredit jika memang permintaan sedang lesu. "Bank tidak boleh melawan arus, apalagi terkait kredit. Harus natural, ada permintaan kita berikan. Kalau tidak bisa merusak diri sendiri," jelas Jahja.

Sementara tiga bank pelat merah kompak merevisi target tahun ini. BNI telah menetapkan target kredit tahun ini hanya akan tumbuh 2%-4%. Lalu BRI akan menurunkan target dari semula 10%-11% menjadi 5% walaupun saat ini belum final. Sementara BTN merevisi target kredit menjadi hanya 2%-3%.

Sebelumnya pukulan pandemi Covid-19 terhadap kinerja bank-bank besar tampaknya belum terlalu berat sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

Buktinya, beberapa bank masih bisa menorehkan perolehan pertumbuhan laba cukup bagus walaupun sebagian tidak setinggi peride yang sama tahun sebelumnya.

Di kuartal pertama kelihatannya masih sebatas ngilu biasa mengingat masuknya Covid-19 ke Indonesia baru diumumkan pemerintah di bulan Maret.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), salah satunya yang masih tetap kuat. Di kuartal pertama 2020, bank swasta terbesar di tanah air ini mengumumkan perolehan keuntungan tumbuh 8,6% year on year (YoY). Bahkan, kreditnya masih masih naik dua digit yakni 12,3% di tengah lesunya permintaan kredit

Jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya, turunnya tak terlampau besar. Net profit BCA di kuartal I 2019 tumbuh 10,1% dan laju kreditnya 13,2%.

Bank swasta lain juga masih berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih. Bahkan ada yang sampai dua digit. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) masing-masing tumbuh 11,8% dan 33%, jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. Namun, laju kreditnya masing-masing hanya 3,3% dan 6,5%.

Dari pelat merah, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masih mampu menorehkan pertumbuhan. Laba bersih dan laju kreditnya masih tumbuh 4,3% dan 11,2%, walaupun pertumbuhannya sudah turun jauh dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hanya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) saja yang mengalami penurunan di tiga bulan pertama itu. Laba Bank BRI secara bank only sebetulnya masih tumbuh 2,34%, namun secara konsolidasi 0,36% karena adanya kontribusi kerugian yang didapat dari entitas anak usahanya.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar