Bantah Negara Gagal Lawan Corona, PDIP Tegas Dukung Jokowi

Senin, 25/05/2020 12:46 WIB
Anggota DPR RI dari partai PDIP Fransiskus Lema (beritasatu)

Anggota DPR RI dari partai PDIP Fransiskus Lema (beritasatu)

Jakarta, law-justice.co - Banyak yang menilai ajak Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk hidup berdamai dengan covid-19 bukti negara teah gagal dalam melawan pandemi covid-19. Namun, hal itu dibantah oleh kader PDI Perjuangan Fransiskus Lema.

Sebab, kata dia, ajakan hidup berdamai yang dimaksud Jokowi harus dipaham sebagai upaya melakukan berbagai tindakan penyesuaian, menjalankan adaptasi baru dalam seluruh aspek kehidupan manusia terhadap Covid-19.

"Sebelum ditemukan vaksin penyembuh dan selama pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman, maka logis pilihan kebijakannya adalah `berdamai` dengan keadaan," katanya seperti dikutip dari republika.co, Minggu (24/5/2020).

Lantas lebih lanjut dia menjelaskan bahwa dengan ajakan berdamai itu, maka lahirlah era new normal. Era dimana setiap orang boleh beraktivitas kembali, namun tetap mengedepankan pencegahan terhadap covid-19.

"Untuk itu diperkenalkan istilah new normal," lanjutnya.

Menurut anggota DPR dari Dapil NTT ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengelaurkan pernyataan terkait covid-19 yang tak akan pernah hilang. Padahal, manusia harus terus beraktivitas demi menyambung kebutuhan hidupnya.

Dalam situasi seperti ini, maka salah satu jalan keluarnya adalah melakukan penyesuaian agar terhindar dari penularan covid-19. Untuk mendukung upaya itu, pemerintah kini sudah mengelaurkan panduan khusus.

Untuk itu, kata dia mind set setiap orang harus diubah dalam memandang kehadiran covid-19.

"Artinya, "berdamai" dengan Covid-19 mestinya dimaknai sebagai perubahan fundamental dalam mind-set maupun perilaku aktivitas sehari-hari, agar terhindar dari ancaman mematikan Virus Corona jenis baru," katanya.

Dia lantas mendukung ajakan Jokowi, sebab hanya itu yang bisa dialkukan demi kelanjutan roda perekonomian negara.

"Virus itu sulit untuk dihilangkan. Tinggal kita sebagai manusia menalar menggunakan logika untuk menyesuaikan diri, untuk `berdamai`," tandasnya.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar