Makan Banyak Tapi Tetap Kurus, Ini Rahasianya

Senin, 25/05/2020 19:21 WIB
Ilustrasi (Shutterstock)

Ilustrasi (Shutterstock)

law-justice.co - “Kamu makan terus, tapi kok enggak gendut-gendut sih?” Pertanyaan itu pasti pernah Anda dengar di kehidupan sehari-hari. Ada orang yang rajin makan, tapi tubuhnya tetap langsing, meskipun juga tidak rutin melakukan olahraga. 

Usut punya usut, ternyata berdasarkan sebuah penelitian, ada satu persen dari populasi manusia yang memang dapat memakan apa pun yang mereka inginkan, dan tidak akan menambah berat badannya. Menurut ilmuwan, seperti dilansir dari Daily Mail, itu bisa terjadi karena manusia memiliki apa yang disebut dengan “gen kurus”

Para ilmuwan telah mempelajari ribuan profil genetik manusia dan menemukan bahwa sekitar satu persen tidak memiliki apa yang disebut gen `ALK`. Orang-orang ini kurus secara alami dibandingkan dengan orang dewasa sehat lainnya. Ini menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara gen tersebut dan berat badan mereka.

Peneliti kemudian menguji teori ini pada tikus dan lalat, dan menemukan bahwa `mematikan` gen ALK memungkinkan mereka untuk tetap langsing bahkan setelah diberi makan makanan kaya gula dan lemak.

Penulis utama, Josef Penninger, dari University of British Columbia, mengatakan mematikan gen bisa menjadi dasar dari perawatan obesitas pada manusia di masa depan.

Profesor Penninger, dari University of British Columbia, Kanada, mengatakan rata-rata  orang kenal pada seseorang yang bisa makan apa yang mereka sukai tanpa menjadi gemuk.

"Mereka dapat makan apa pun yang mereka inginkan dan menjadi sehat secara metabolisme. Mereka makan banyak, mereka tidak melakukan olahraga sepanjang waktu, dan berat badannya tidak bertambah," katanya.

“Semua orang mempelajari obesitas dan genetika obesitas. Kami berpikir, mari kita balikkan dan memulai bidang penelitian baru. Mari kita belajar tentang kekurusan,” lanjutnya.

Protein ALK telah menjadi perhatian bagi para ilmuwan selama beberapa tahun, dan sudah menargetkan untuk membuat pengobatan untuk mengatasi masalah itu. Ini dikarenakan gen tersebut sering bermutasi dalam sejumlah bentuk kanker, sehingga dikenal sebagai `onkogen` yang memicu perkembangan tumor.

Peran gen di luar kanker masih belum jelas sampai sekarang, tetapi temuan baru menunjukkan itu memainkan peran penting dalam masalah kekurusan. 

Penninger mengatakan mungkin saja suatu hari nanti bisa menggunakan teknik serupa dengan yang saat ini digunakan, dalam pengobatan kanker untuk membantu orang menurunkan berat badan. "Jika Anda memikirkannya, itu realistis kita bisa mematikan ALK dan mengurangi fungsi ALK untuk melihat apakah kita tetap kurus," katanya.

“Penghambat ALK sudah digunakan dalam perawatan kanker. Itu dapat ditargetkan. Kami mungkin dapat menghambat ALK, dan kami benar-benar akan mencoba melakukan ini di masa depan.”

Para peneliti melihat profil genetik  dari 47.102 orang berusia 20 hingga 44 tahun yang tinggal di Estonia sejak tahun 2000. Ini memungkinkan mereka untuk menghubungkan ketiadaan gen ALK dengan orang-orang yang secara alami kurus, menurut Penninger.

Begitu mereka menemukan hubungan antara tidak adanya ALK dan kekurusan, mereka dapat menguji teori tentang lalat dan tikus di lingkungan laboratorium. Mereka menemukan bahwa tikus tanpa gen ALK dapat makan lebih banyak dan tetap kurus dengan massa tubuh yang sehat dibandingkan dengan mereka yang memiliki gen tersebut.

Tim juga mampu mematikan gen pada tikus dan menemukan hasil yang sama. Penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk melihat apakah obat penghambat efektif untuk tujuan ini, sebelum mereka diuji coba pada manusia, kata para peneliti.

Tahap penelitian selanjutnya adalah membandingkan temuan-temuan ini dengan catatan `biobank` tentang kesehatan, tingkat aktivitas, dan DNA populasi negara-negara lain.

Tim tersebut mengatakan bahwa pekerjaan mereka unik karena menggabungkan eksplorasi dasar genetik dari kekurusan pada populasi, dengan analisis skala genom organisme hidup yaitu tikus dan lalat.

Penninger menambahkan, “Sangat menyenangkan untuk menyatukan kelompok-kelompok yang berbeda, dari nutrisi hingga biobanking, hingga genetika tikus dan lalat.”

 

 

 

(Liesl Sutrisno\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar